JAKARTA, KOMPAS.TV – Juru bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, kasus positif Covid-19 secara nasional mengalami penurunan dari semula 56.757 pada 15 juli, menjadi 33.772 pada 21 juli atau turun sebesar 40 persen dalam sepekan.
Kesembuhan selama 7 hari terakhir juga menunjukkan adanya peningkatan, yaitu sebesar lebih dari 70 persen.
“Jika dilihat pada persen kasus aktif, terlihat mulai mengalami penurunan selama 3 hari terakhir,” ujar Prof. Wiku , dalam Dialog Produktif yang diselenggarakan KPCPEN, Kamis (22/7/2021).
Dia juga mengatakan, persentasi Bed Occupancy Ratio (BOR) atau keterisian tempat tidur harian di tingkat nasional juga konsisten mengalami penurunan selama 7 hari terakhir, dari 76,26 persen menjadi 72,82 persen. Adanya perkembangan yang baik ini patut disyukuri.
Hal ini bisa dinilai dari kepatuhan memakai masker di tingkat desa/kelurahan yang sudah cukup baik, dibuktikan dengan persentase desa/kelurahan yang tidak patuh dibawah 30 persen pada 7 Provinsi di Jawa-Bali.
Meski begitu, kepatuhan menjaga jarak masih menjadi pekerjaan rumah di banyak desa/kelurahan di DKI Jakarta, Jawa Tengah, dan Banten yang lebih dari 30 persen desa/kelurahannya tidak patuh menjaga jarak.
Baca Juga: BOR Jabar Turun ke Angka 75 Persen, Ridwan Kamil: Tenda Darurat BNPB Bakal Dibongkar
Jika dilihat pada cakupan laporan kinerja posko, sebagian besar provinsi kurang dari 50 persen poskonya melaporkan kinerja. Provinsi tersebut adalah Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Banten.
“Saya apresiasi untuk DKI Jakarta, DIY dan Bali yang pelaporan kinerja poskonya sudah dilakukan oleh lebih dari 50 persen posko di daerah masing-masing,” ujar Prof. Wiku.
Jika tren penurunan ini dapat dijaga hingga 25 Juli, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat bisa dilonggarkan secara bertahap.
Untuk itu, Prof. Wiku menyampaikan berterima kasih kepada seluruh tenaga kesehatan yang tidak kenal lelah merawat pasien, juga kepada seluruh pemerintah daerah yang telah bergerak cepat dalam membantu pelaporan pasien serta kontak erat Covid-19.
Kendati demikian, Prof. Wiku ingin tetap menyampaikan beberapa hal yang perlu menjadi perbaikan bersama. Peningkatan testing perlu menjadi salah satu hal yang diperhatikan. Jumlah orang diperiksa yang mengalami penurunan selama 4 hari terakhir perlu untuk segera dikejar agar meningkat kembali.
Ia menekankan, semakin tinggi testing semakin banyak kasus yang dapat terdeteksi dan ditangani sejak dini.
Baca Juga: Pemerintah Salurkan Bantuan Rp1,2 Juta untuk Warteg dan PKL, Ini Ketentuan dan Cara Mendapatkannya
Tak hanya itu, Prof. Wiku juga menegaskan pentingnya menekan kematian. Selama 6 (enam) hari berturut-turut angka kematian mencapai lebih dari 1000 setiap harinya. Hal ini patut dijadikan refleksi bersama.
“Ini tidak bisa ditoleransi lagi karena ini bukan sekadar angka, di dalamnya ada keluarga, kerabat, kolega, dan orang-orang tercinta yang pergi meninggalkan kita,” tegas Prof. Wiku.
Menurutnya, kasus positif yang turun dan kesembuhan yang meningkat harus diikuti dengan kematian yang turun pula.
Selain itu, zonasi risiko tingkat kabupaten/kota saat ini menunjukkan perkembangan ke arah yang kurang baik. Saat ini Kabupaten/kota dengan zona risiko tinggi menjadi yang terbanyak sepanjang pandemi, yaitu 180 Kabupaten/kota. Zonasi ini didominasi Kabupaten/kota dari provinsi Jawa Timur sebanyak 33 kab/kota, Jawa Tengah 29 kab/kota, dan Jawa Barat 21 kab/kota.
“Untuk itu perlu dipastikan sebelum dilakukan pembukaan bertahap, kita wajib bergotong royong dalam meningkatkan testing, dan menurunkan angka kematian,” kata Prof. Wiku.
Dia menambahkan, perkembangan yang sudah relatif membaik seperti kasus positif, kasus aktif, dan BOR harian yang menunjukkan penurunan, serta kesembuhan yang meningkat harus terus dipertahankan.
Dengan begitu, zonasi risiko wilayah-wilayah yang saat ini berada di zona merah dapat segera membaik dan berpindah ke zona oranye dan zona kuning.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.