Tambah Prof. Widodo, “yang dimaksud hoaks tidak selalu berita dalam substansinya tidak betul, tetapi dibalik itu, ada niatan tidak betul pun sudah memungkinkan (hoaks). Sehingga dibutuhkan partisipasi aktif masyarakat untuk bisa melaporkan itu untuk bisa men-take down dari pemilik platform.”
Persiapan transformasi digital Indonesia
Menurut Prof. Widodo, penting untuk memahami informasi komunikasi di tengah pandemi Covid-19, terutama dalam dunia global ketika arus pesan dan informasi di dunia menjadi sangat cepat, padat, dan sulit dibedakan kebenarannya.
Prof. Widodo menyatakan, ada pernyataan dari seorang filsuf dari Prancis, bahwa informasi bisa menjadi food for the soul atau makanan yang menyehatkan jiwa. Sebaliknya, informasi yang salah bisa menjadi poison for the soul yang merusak jiwa bangsa.
Ia kemudian menuturkan arahan Presiden untuk mempercepat transformasi digital Indonesia. Dalam hal ini, Kominfo menekankan fokus pada ketersediaan infrastruktur digital untuk semua wilayah Indonesia.
“Ternyata Indonesia luas, ada 83.218 desa kelurahan. Baru 70.670 kelurahan yang terkoneksi, masih ada 12.548 yang harus dikoneksikan. Kita percepat targetnya kita majukan jadi 2022 seluruh penjuru tanah air terkoneksi,” ungkapnya.
Namun, lanjut Prof. Widodo, koneksi juga bisa menjadi simalakama. Setelah terkoneksi, mentalitas bangsa Indonesia harus sehat dan punya karakter harus bagus.
Tak hanya itu, SDM bertalenta digital juga harus disiapkan agar transformasi infrastruktur dapat bertemu dengan man behind-nya.
Baca Juga: Pakar UGM Bongkar 6 Hoaks Seputar Covid-19
Dalam menangani hal ini, Kominfo melakukan fungsi di hulu dan hilir, salah satunya dengan memberikan sosialisasi dan edukasi agar masyarakat bisa mendapatkan informasi yang ‘menyehatkan’.
“Literasi media sosial merupakan bagian dari penyadaran bahwa jejak digital tidak bisa dihapus. Jejak digital yang positif yang mengandung nilai religius yang bagus akan menjadi pahala kelak,” tuturnya.
Melihat dominasi generasi milenial dalam media sosial, Kominfo juga menekankan pentingnya sosialisasi dengan ‘cara milenial’. Hal ini juga menjadi urgensi pemberantasan penyebaran hoaks dan peredaran narkoba secara daring, mengingat sasaran utamanya adalah generasi muda.
Terkait hal ini, Kombes Polisi Deni mendeklarasikan slogan BNN, yakni war on drugs. BNN mengajak masyarakat untuk berperang melawan narkoba, minimal untuk diri sendiri dan keluarga terdekat demi mencapai Indonesia Bersinar (bersih narkoba).
Ia juga mengingatkan bahwa generasi muda membutuhkan pilihan dan role model, sehingga untuk mengingatkan mereka tidak bisa menggunakan cara yang otoritatif.
“Generasi muda sudah kenyang larangan, mereka butuh pilihan dan role model untuk hidup dengan segala alasan dan motivasi. BNN ingin merubah larangan menjadi pilihan, otoritatif menjadi aspiratif, dan kaku menjadi fleksibel,” tutupnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.