Menjalani hari dalam gelap, inilah yang harus dilalui Arsyad. Ia menjadi penyandang tunanetra sejak berusia 10 tahun. Terlahir di keluarga tak mampu membuatnya belajar mandiri di tengah keterbatasan. Sejak remaja, pria yang bertempat tinggal di Karampuang, Gowa, Sulawesi Selatan ini sudah tertarik dengan bidang elektronik.
Ketidakmampuannya dalam melihat tidak membatasinya untuk menjadi seorang yang dapat menguasai bidang elektronik. Ia pun membuka jasa perbaikan barang elektronik di rumahnya yang sederhana. Namun, ia kadang meminta bantuan anak atau istrinya ketika kesulitan dalam proses perbaikan.
Kegigihan dalam mempelajari elektronik dari kenalannya membuat bapak dua anak ini sangat diandalkan warga kampung untuk memperbaiki barang-barang, seperti radio, televisi, hingga ponsel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.