Menkumham Menduga Pengungsi Rohingya Jadi Korban Mafia-Mafia Penyelundupan Manusia

ACEH, KOMPAS.TV - Polisi memeriksa 11 orang pengungsi Rohingya sebagai saksi dalam kasus penyelundupan manusia ke Aceh.

Dari laporan warga, awalnya polisi menangkap 2 orang pengungsi Rohingya yang sempat memisahkan diri dengan rombongan ketika baru saja mendarat di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya Banda Aceh.

Dari hasil pengembangan dengan memeriksa ponsel 2 pengungsi rohingya, akhirnya 9 orang lainnya berhasil diamankan dan diperiksa sebagai saksi.

50 orang pengungsi Etnis Rohingya kembali tiba di Aceh, para pengungsi itu mendarat di kawasan Pantai Kuala Idi, Aceh Timur pada Kamis (14/12/2023) dini hari.

Para pengungsi itu merupakan laki-laki tanpa adanya perempuan dan anak-anak. Kini pengungsi rohingya itu telah direlokasi dari tempat Pendaratan Ikan Kuala Idi ke Lapangan Futsal Idi Sport Center.

Menteri Hukum dan HAM menyebut pengungsi Rohingya disinyalir menjadi korban mafia-mafia perdagangan dan penyelundupan manusia.

Eksodus pengungsi Rohingya ke Aceh diduga bukan hanya karena konflik di negara asal.

Salah satu pengungsi Rohingya, Husein Johar mengaku masih menunggu kepastian dari Australia. Bersama dengan 4 rekannya dari Etnis Rohingya, Husein sudah 9 tahun meninggalkan kampung halaman di Myanmar.

Mereka bersama hampir 300 pengungsi ditempatkan di Rusun Puspa Agro, Sidoarjo, Jawa Timur.

Menurut Husein, Indonesia bukan merupakan negara tujuan ribuan pengungsi Rohingya.

Sementara pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh Besar punya alasan lain tiba di Indonesia.

Ia bahkan tak tahu akan berlabuh di mana, yang penting bisa menyelamatkan diri dari konflik di Myanmar.

Kementerian Luar Negeri menegaskan negara-negara pihak di konvensi PBB menentang tindak pidana transnasional, termasuk penyelundupan manusia ataupun perdagangan orang seperti yang diduga dialami Etnis Rohingya di Myanmar.

Mengutip data dari UNHCR jumlah pengungsi Rohingya yang tiba di Aceh berjumlah lebih dari 1000 jiwa.