KOMPAS.TV- Diketahui, fenomena ini adalah buntut dari El Nino dan Indian Ocean Dipole (IOD).
BMKG mengungkap ada faktor lain yang membuat suhu lebih panas dari angka prediksi, yakni:
Udara panas ditambah dengan kelembapan udara tinggi. Sementara itu udara sekitar sudah banyak mengandung uap air. Hal ini memicu keringat tidak dapat menguap dengan cepat. Sehingga akhirnya membuat suhu terasa lebih panas.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), "Angin yang bertiup melintasi permukaan kulit akan membawa panas tubuh yang dikeluarkan saat keringat menguap, ini akan membuat suhu terasa lebih dingin’’.
BMKG menambahkan, angin yang bertiup mampu menghapus lapisan udara yang menghangatkan tubuh.
BMKG menyebutkan saat ini kondisi umum di Jawa hingga Nusa Tenggara minim awan.
"Saat ini kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di Jawa hingga Nusa Tenggara (termasuk Jabodetabek) didominasi oleh kondisi cuaca yang cerah dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari", papar Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG.
Kondisi tersebut membuat penyinaran Matahari saat siang hari ke permukaan Bumi tidak mengalami hambatan atmosfer.
Baca Juga: Jaga Kesehatan saat Panas Terik, Ahli Imbau Masyarakat Pakai Tabir Surya hingga Konsumsi Buah-Buahan
Editor Video: Joshua Victor
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.