JAMBI, KOMPAS.TV - Dari pagi hingga siang, anak seusia Haikal dan Ranzi semestinya berada di sekolah untuk belajar dan bermain bersama teman-teman.
Namun dua kakak beradik ini, justru berada di rumah merawat ibu mereka yang mengalami gangguan kejiwaan.
Sementara sang ayah, telah meninggalkan kedua bocah ini sejak mereka masih kecil.
Situasi ini membuat Haikal dan Ranzi putus sekolah. Tidak ada biaya untuk mendukung pendidikan keduanya, pun teman-teman kerap meledek lantaran ibu mereka seorang dengan gangguan jiwa.
Haikal, Ranzi dan ibu mereka kini tinggal di rumah peninggalan nenek di Desa Air Terjun, Kecamatan Siulak, Kabupaten Kerinci, Jambi.
Kondisi rumah ini pun sudah tidak layak. Dalam situasi yang penuh keterbatasan, kedua bocah tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri.
Keduanya selalu memberi makan sang ibu tepat waktu. Begitu juga rumah yang selalu bersih, agar ibu mereka nyaman.
Untuk memenuhi kebutuhan makan, Haikal dan Ranzi mendapat upah dari menjemur kulit kayu manis milik tetangga.
Jika ada kulit kayu manis yang terbuang, kedua bocah ini mengambil lalu menjualnya.
Sesekali, keluarga bibi yang tinggal tidak jauh, mengantarkan makanan untuk Haikal dan Ranzi.
Namun karena ekonomi yang juga terbatas, bantuan tidak selalu ada.
Jika tidak ada tetangga atau keluarga yang memberi beras, Haikal dan Ranzi merebus ubi.
Dengan ceria, Haikal dan Ranzi mengerjakan peran yang semestinya tidak mereka tanggung.
Keduanya terus memelihara harapan, ibu tersayang bisa sembuh dan mereka bisa kembali bersekolah.
Baca Juga: Polisi Tangkap Kakek Pelaku Kekerasan Seksual Terhadap 5 Anak di Bawah Umur di Jember
#anakputussekolah #odgj #jambi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.