JAKARTA, KOMPAS.TV - Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (KLHK) Sigit Reliantoro, penyebab tercemarnya kualitas udara di Jakarta berdasar dari aktivitas ekonomi yang menggunakan bahan bakar, baik dari masyarakat maupun industri.
Ini diketahui berdasar dari hasil kajian Inventarisasi Industri Pencemar Udara di DKI Jakarta sejak 2020.
Selain itu, kondisi ini juga ditambah pengaruh udara dari Timur Indonesia yang bersifat kering yang sering terjadi di bulan Juni, Juli dan Agustus.
“Jadi kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, dan Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering,” jelas Sigit Reliantoro.
Kualitas Udara Jakarta menurut Indeks Kualitas Udara berada angka 158. Angka ini sudah tergolong tidak sehat dan menempati posisi kedua terburuk di dunia setelah Kota Dubai, Uni Emirat Arab.
Sementara itu, untuk kualitas udara yang baik berada di kisaran angka 0-50 poin, sedangkan di atas itu tergolong buruk.
Baca Juga: Media Asing Soroti Terpilihnya Jakarta Jadi Kota Paling Berpolusi di Dunia
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.