KOMPAS.TV - Perusahaan investasi asal Swiss, Credit Suisse sedang digoncang krisis, masyarakatpun khawatir dunia akan mengulang krisis tahun 2008 saat Lehman Brothers bangkrut.
Dalam 6 bulan terakhir, saham Credit Suisse turun lebih dari 40%.
Sementara, harga salah satu obligasinya yang jatuh tempo pada 2032 pada Senin juga turun 7 sen menuju 70 sen, sementara obligasi jatuh tempo 2033 telah drop di harga 53 sen.
Kondisi ini membuat petinggi-petinggi Credit Suisse berusaha meyakinkan klien-klien dan investor raksasa mereka yang pasti khawatir uang mereka akan hangus karena kondisi Credit Suisse.
Faktor-faktor yang terjadi tadi salah satunya adalah akibat dari kenaikan suku bunga di Bank Sentral Amerika Serikat dan Eropa akhirnya membuat kinerja Credit Suisse melambat dan sahamnya jatuh.
Baca Juga: Harga Emas Antam Tergelincir ke Level Rp957.000 per Gram Hari Ini
Turunnya harga saham yang begitu tajam sudah pasti membawa kerugian yang besar untuk Credit Suisse yang merupakan bank terbesar kedua di Swiss.
Di kuartal 3 tahun ini Credit Suisse rugi hampir 4 miliar Swiss Francs atau jika dirupiahkan menjadi Rp 60 triliun, ditambah adanya biaya pinjaman yang melonjak akibat penurunan rating.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menilai keadaan Credit Suisse yang kian memburuk tak berpengaruh signifikan terhadap perbankan dalam negeri.
Berbeda dengan keadaan kebangkrutan Lehman Brothers di 2008, Andry memprediksi akan ada support dari otoritas Eropa.
Sejalan dengan Bank Mandiri, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai bila dibanding tahun 2008, regulasi perbankan saat ini cenderung lebih ketat, artinya potensi crash bisa ditekan.
Ditambah saat ini pasar sudah mengantisipasi permasalah Credit Suisse sehingga dampaknya tak sesistemik kejadian Lehman Brothers.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.