JAKARTA, KOMPAS.TV - Buya Syafii Maarif, Ulama dan Cendekiawan Indonesia, menjadi sosok sentral yang mengembalikan PP Muhammadiyah, kembali ke khittahnya, sebagai organisasi dakwah.
Tahun 1998, Buya Syafii dipercaya untuk menakhodai PP Muhammadiyah, setelah Ketua Umum sebelumnya, Amien Rais, mendirikan Partai Amanat Nasional.
Tujuh tahun memimpin PP Muhammadiyah, pemikiran-pemikiran Buya Syafii, terus dibutuhkan oleh negara.
Ia kerap memberikan kritikan dan juga masukan kepada siapa pun, termasuk kepada pemerintah.
Di tahun 2015, Presiden Jokowi sempat menawarkan Buya, sebagai Dewan Pertimbangan Presiden.
Namun Buya menolak dengan alasan ia ingin tetap independen.
Baca Juga: Tolak Banyak Jabatan selama Berkarier, Mendiang Buya Syafii Tak Suka Kerja “Formalitas”!
Presiden Jokowi pun memintanya untuk menjadi tim independen, mengatasi konflik KPK dan Polri.
Buya menyetejuinya dan bahkan ia menjadi Ketua Tim.
Hari demi hari berlalu, namun gagasan dan intelektualitas seorang Buya Syafii Maarif, masih tetap relevan dengan perkembangan bangsa ini.
Kini, Buya Syafii harus pergi untuk selamanya, meninggalkan bangsa yang butuh petuah untuk terus maju, berkembang, dan besar.
Selamat jalan Buya Syafii Maarif, terima kasih telah menjadi pelita negeri ini.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.