JAKARTA, KOMPAS.TV - Saat awal dan akhir Bulan Ramadan, kita sering mendengar istilah hilal.
Hilal yang dimaksud adalah bulan sabit muda sangat tipis pada fase awal bulan baru.
Hilal inilah yang menjadi penanda pergantian bulan dalam kalender Tahun Qomariyah.
Dikarenakan bulan sabit muda ini terkadang sangat tipis, perhitungan untuk menandai fase ini memeliki dua metode.
Dua cara perhitungan yang selama ini digunakan untuk menghitung datangnya hilal yang pertama adalah metode rukyatul hilal dan yang kedua hisab wujudul hilal.
Rukyatul hilal adalah metode untuk menghitung posisi bulan baru dengan didasarkan pada penglihatan bulan secara langsung.
Baca Juga: Kemenag: 1 Mei 2022 Posisi Hilal Awal Syawal di Indonesia Masuk Kriteria Baru MABIMS
Syaratnya adalah tinggi bulan baru sebesar 3 derajat. Selain itu, sudut perbedaan bulan dan matahari atau jarak elongasi sebesar 6,4 derajat saat pergantian hari tiba.
Sehingga fase bulan baru tersebut dapat terlihat.
Sementara itu, hisab wujudul hilal menggunakan perhitungan astronomis untuk melihat bulan baru.
Ada 3 syarat yang mutlak dipenuhi jika menggunakan metode ini.
Pertama, telah terjadi konjungsi atau posisi bulan dan matahari berada dalam satu garis.
Kedua, konjungsi terjadi sebelum matahari terbenam.
Terakhir pada saat terbenamnya matahari, piringan atas bulan berada di atas ufuk.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.