KOMPAS.TV - Indonesia kemarin mencatat lebih dari 33 ribu kasus covid-19 baru dalam sehari dengan kasus aktif menembus 160 ribu.
Pemerintah mengakui, kapasitas tes tak bisa mengejar kecepatan penularan kasus sementara keterisian rumah sakit semakin tercekik.
Baca Juga: Update: Jumlah Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Bertambah Jadi 5.934 Orang
Intervensi aturan yang tegas dengan pengetatan pembatasan harus segera dilakukan sebelum fasilitas kesehatan bertumbangan.
Pemerintah telah memprediksi puncak gelombang covid-19 akibat varian omicron bakal tiga kali lebih tinggi daripada puncak delta Juli 2021 lalu.
Namun saat ini tanda-tanda bahaya itu sudah mulai terlihat, pemerintah akui jumlah tes kalah cepat dari omicron.
Per 5 Februari, Indonesia mencatat 33.729 kasus covid-19 dalam sehari, angka kasus aktif pun kini telah menembus 160 ribu dengan 44 pasien meninggal dunia.
Pemerintah mengakui, kapasitas tes covid-19 saat ini tak mampu mengejar tingginya penularan varian omicron yang secepat kilat.
Dengan penambahan pasien yang kini sudah menembus 33 ribu orang per hari, kebutuhan lokasi isolasi terpusat menjadi sangat mendesak.
Di DKI Jakarta saja, angka keterisian rumah sakit begitu cepat melonjak dari 15 Januari yang hanya 12 persen, kemudian hanya dalam dua pekan menjadi 54 persen dan per 5 Februari lalu sudah mencapai 63 persen.
Angka keterisian rumah sakit darurat covid-19 Wisma Atlet Kemayoran per tanggal 5 Februari saja sudah menembus 73,86 persen.
Rumah Sakit Pademangan dan rumah sakit darurat di Rusun Daan Mogot pun disiapkan untuk menambah kapasitas pasien.
Tak hanya keterisian tempat tidur isolasi, angka keterisian ruang rawat intensif atau ICU rumah sakit di DKI Jakarta juga ikut naik.
Per 5 Februari, Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat angka keterisian ruang rawat ICU sudah mencapai 31 persen.
Padahal, Kementerian Kesehatan menyebut derajat keparahan varian omicron lebih rendah dari varian delta.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.