KOMPAS.TV - Kabupaten Lumajang memiliki julukan kota pisang. Selain dijuluki sebagai kota pisang, kabupaten lumajang juga punya ikon lain, yaitu jembatan Gladak Perak. Berlokasi di Kecamatan Candipuro, membentang di atas sungai Besuk Sat.
Menyadur Visitlumajang.com, area Gladak Perak ini jadi rest area atau tempat istirahat ketika menempuh perjalanan bagi pengendara yang melintasi jalanan naik turun dan berkelok Kecamatan Candipuro dan Pronojiwo. Di sana banyak warung yang bisa disinggahi, sembari menyesap kopi hangat atau makan bersama udara sejuk di sekitar jembatan Gladak Perak.
Sayangnya, jembatan favorit ini hancur diterjang guguran Gunung Semeru, Sabtu 4 Desember 2021 lalu.
Jembatan ini terdiri dari dua jembatan, yaitu jembatan baru dan jembatan lama. Jembatan lama, sudah tidak digunakan lagi, dan berstatus sebagai cagar budaya. Gladak Perak lama, dibangun pada tahun 1925-1940 oleh pemerintah kolonial Belanda dengan lebar sekitar 4 meter dan panjang 100 meter, dilansir dari Visitlumajang.com.
Sebelum dibangun dengan konstruksi kerangka besi, Belanda sudah membangun jembatan gantung yang jadi urat nadi transportasi saat itu.
Agresi militer Belanda yang dimulai 21 juli 1947 menyerang beberapa daerah di Jawa Timur termasuk Lumajang. Untuk menghambat gerakan pasukan belanda tentara dari Zeni Pioneer 22 Jatiroto kemudian meledakkan Gladak Perak.
Tahun 1952 Gladak Perak dibangun kembali, kemudian difungsikan seperti semula setelah situasi Indonesia membaik. Jembatan baru yang digunakan untuk lalu-lintas kendaraan, dibangun tahun 1998, dengan panjang 130 meter. Melansir Kompas.com jembatan ini memiliki julukan lain, yaitu jembatan piket nol dan jembatan pancing.
Baca Juga: Update Cuaca Pasca Erupsi Semeru: Waspada Lumajang Masih Diguyur Hujang dari Siang hingga Malam
Grafis: Agus Eko Apriyanto
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.