Apa Itu Sleep Paralysis, Penjelasan Ilmiah soal Ketindihan

KOMPAS.TV - Pernahkah Anda merasa seluruh tubuh tidak bisa digerakkan saat terbangun dari tidur? Kondisi ini sering disebut ketindihan, atau dalam bahasa medis yaitu sleep paralysis.

Sleep paralysis atau kelumpuhan tidur bukan disebabkan oleh makhluk halus. Kondisi ini bisa dijelaskan secara ilmiah.

Melansir Hello Sehat, sleep paralysis adalah gangguan tidur yang menyebabkan suatu kejadian atau pengalaman tidak diinginkan yang terjadi saat baru tertidur, sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur.

Ada sejumlah faktor yang menjadi penyebab sleep paralysis, di antaranya kurang tidur, pola tidur tidak teratur, posisi tidur, insomnia, riwayat keluarga, atau tekanan psikologis tertentu.

Lalu, bagaimana sleep paralysis terjadi?

Saat tidur, tubuh akan masuk ke fase pergantian antara tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement) dan tidur REM (Rapid Eye Movement).

Siklus REM adalah fase tidur paling dalam, saat semua otot sedang berada dalam kondisi rileks.

Sleep paralysis terjadi saat seseorang terbangun sebelum fase tidur REM selesai. Akibatnya, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh masih dalam kondisi setengah tidur dan setengah sadar.

Maka dengan kondisi tersebut, tubuh akan terasa kaku, sulit bernapas, tidak bisa berbicara, dan masih dalam pikiran yang mengawang.

Fenomena ini bisa jadi pengalaman yang mengerikan dan traumatis bagi sebagian orang.

Dilansir dari jurnal terbitan Clinical Psychological Science tahun 2013, sensasi kewalahan dan panik dari rentetan pengalaman sensoris tersebut cenderung membuat seseorang merasa makin tertekan.

Terlebih ketika mereka sudah lebih dulu percaya bahwa fenomena sleep paralysis terjadi karena faktor mistis.

Untuk mencegah sleep paralysis terjadi, dapat dilakukan dengan tidur cukup (6-8 jam), tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari, serta melakukan olahraga teratur.

Baca Juga: Lakukan 7 Hal Berikut Agar Lebih Cepat Tertidur

(*)

Grafis: Joshua Victor