KOMPAS.TV - Sejumlah mural yang dianggap menyinggung pemerintah sedang jadi topik hangat di Indonesia.
Mural sendiri diketahui sebagai salah satu bentuk seni jalanan yang dipakai para seniman untuk mengekspresikan diri.
Bahkan, sejarah perjuangan Indonesia tidak lepas dari peran mural, poster, dan grafiti sebagai media untuk menyebarkan semangat perjuangan, dan menyampaikan pesan kemerdekaan.
Sejumlah coretan di dinding merupakan bentuk dukungan bernafaskan perjuangan dari para seniman di masa itu.
Dilansir dari buku Partisipasi Seniman Dalam Perjuangan Kemerdekaan di Propinsi Jawa Timur (Studi Kasus Kota Surabaya Tahun 1945-1949) terbitan Depdikbud (1999), pada era 1945 di Surabaya, kelompok seniman lukis mengadakan aksi coret-coretan.
Aksi tersebut mengungkapkan penolakan terhadap segala bentuk penjajahan, dan mempertahankan negara RI yang diproklamasikan 17 Agustus 1945.
Berbagai coretan-coretan di dinding atau gerbang trem listrik di kota-kota besar, menunjukkan tingginya semangat juang rakyat Indonesia melawan penjajah.
Selain coretan di dinding, kontribusi para seniman dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia juga diwujudkan dalam beragam poster atau lukisan.
Salah satunya adalah karya poster yang fenomenal hasil kolaborasi antara S. Soedjojono, Affandi, Dullah (sebagai model di gambar), serta Chairil Anwar yang menyumbangkan slogan “Boeng Ajo Boeng” dalam poster.
Meskipun untuk membuat mural, grafiti, maupun poster masih menggunakan alat yang sangat sederhana, namun keterbetasan tersebut tidak menghalangi para pejuang untuk menyebarkan semangat perjuangan melawan penjajah Belanda.
Baca Juga: Mural Jokowi 404 Dianggap Hina Lambang Negara, Pakar Hukum: Tidak Relevan
(*)
Grafis: Arief Rahman
Sumber : diolah dari berbagai sumber
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.