SOLO, KOMPAS.TV – Virus SARS-Cov-2 penyebab pandemi Covid-19 terus mengalami mutasi di sejumlah negara.
Di Jepang, 70 persen pasien di rumah sakit di Tokyo diketahui terinfeksi mutasi virus corona baru E484K. Selain di Jepang, satu kasus mutasi virus corona E484K terdeteksi di Jakarta pada Februari lalu.
Apa itu mutasi virus corona ‘Eek’ E484K?
Mutasi virus corona E484K merupakan mutasi protein yang terjadi pada varian B.1.1.7 (berasal dari Inggris), B1351 (berasal dari Afrika Selatan) dan P1 (berasal dari Brasil).
Mutasi E484K juga dijuluki peneliti sebagai mutasi "Eek". Kata "eek" dalam bahasa Inggris adalah bentuk informal dari exclamation yang digunakan untuk merujuk pada ekspresi ketakutan, kejutan, atau peringatan.
Lebih menular
Mutasi varian E484K dapat mengubah permukaan protein lonjakan yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. E484K membuat SARS-Cov-2 lebih menular dengan mengikat lebih dekat ke “reseptor” virus dalam sel manusia.
Melemahkan respons imun
Sejumlah penelitian mengungkapkan varian E484k dapat menurunkan kemampuan antibodi. Varian E484K disebut juga “Escape Mutation” karena dapat memperkuat virus melewati pertahanan kekebalan tubuh.
Dampak terhadap vaksin
Mutasi E484K yang menyiasati antibodi dikhawatirkan bisa menurunkan efektivitas vaksin. Para ilmuwan mengatakan vaksin dapat didesain ulang dan disesuaikan agar efektif digunakan mengatasi varian baru.(*)
Grafis: Agus Eko
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.