BANYUWANGI, KOMPAS.TV -
Dayu Hatmanti yang ikut kapal nelayan mencari ikan di perairan Banyuwangi merasakan langsung bagaimana beratnya para nelayan menangkap ikan. Sehari semalam Dayu ikut kapal ijo-ijo dari pantai Grajagan ke laut selatan Banyuwangi. Hasilnya, kurang memuaskan. Para nelayan pun menggiring kapal kapal mereka kembali ke darat. masih ada kesempatan mendulang rezeki ketika sekawanan ikan tongkol terlihat. Sigap para nelayan menggiring kumpulan tongkol agar masuk ke dalam jaring. Namun usaha ini pun gagal.
Di pantai, para ibu yang sudah menunggu para nelayan kembali dari laut berharap para nelayan datang membawa ikan yang banyak. Tapi tampaknya hari kemarin hingga semalam belum rezeki. Seperti itulah kerasnya kehidupan nelayan mencari rezeki. Namun tetap kuat harapan di hati tiap nelayan, bahwa ikan akan selalu ada esok hari.
Jika berkunjung ke Pelabuhan ikan di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, maka ada pemandangan khas di sepanjang pelabuhan ikan ini. Dayu yang menyusuri pantai Grajagan juga mengamati bahwa kapal-kapal di pantai Banyuwangi ini unik dan khas.
Dari kapal jukung yang kecil, kapal ijo-ijo yang berukuran lebih besar, hingga kapal slerek yang berukuran paling besar diantara jenis kapal yang lain. Semua jenis kapal ini desainnya mirip. Bentuk kapal Slerek mengingatkan bentuk kapal khas Viking.
Di sini terdapat ratusan kapal slerek yang berjajar. Kapal slerek yang digunakan oleh para nelayan harus berpasangan. Masyarakat sekitar menyebut sepasang kapal ini sebagai "suami-istri". Kapal slerek tersebut akan dan harus berlayar bersamaan. Salah satu kapal membawa jaring dan pasangannya membawa awak kapal yang berjumlah sekitar 30 orang. Harga sepasang kapal slerek bisa mencapai Rp 1 miliar dan bisa juga lebih. Bila kapal yang difungsikan menjadi 'suami', maka di bagian atas ada tempat duduk untuk nakhoda, atau istilah lokalnya adalah juragan laut. Bentuk kapalnya lebih ramping. Juragan lautlah yang memimpin saat melakukan penangkapan ikan termasuk menentukan titik di mana jaring dilepas. Kapal "suami" ini juga digunakan untuk jaring. Sementara kapal "istri" digunakan untuk meletakkan atau menyimpan hasil tangkapan ikan. Selain juragan laut, masyarakat juga mengenal istilah juragan darat yang membiayai pelayaran. Biasanya ada kerja sama antara juragan darat dan juragan laut. Setiap kali berlayar, nelayan memerlukan biaya sekitar Rp 4 hingga 7 juta. Biaya ini digunakan untuk membeli seribu liter solar dalam lima drum dan 200 balok es di dalam kapal. Untuk menutupi pengeluaran itu, nelayan harus mendapatkan setidaknya 4 ton ikan. Karena bila kurang dari 4 ton, nelayan akan merugi. Nelayan di Banyuwangi paling banyak menangkap ikan lemuru dan ikan layang. Hasil tangkapan disetorkan ke perusahaan ikan di sekitar Pelabuhan Ikan. Harga jual ikan ini antara Rp 6.500 dan Rp 13.000 per kilogram.
Seru pastinya menangkap ikan langsung di laut. Adrenalin dan fisik serta mental yang kuat menjadi nelayan tangkap adalah suatu keharusan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.