JAKARTA, KOMPAS.TV - Ernest Prakasa adalah seorang komedian sekaligus sineas. Sebelumnya, ia adalah komika jebolan Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) KompasTV, dan berhasil meraih posisi di tiga besar. Ketika mendengar kata SUCI KompasTV, maka satu kata yang terlintas di pikirannya adalah dramatis.
Ernest mengaku dari kecil suka sekali dengan komedi. Masih teringat, sejak kecil ia bersama ayahnya mendengarkan kaset lawak seperti Warkop DKI, Jayakarta Group, Sys NS, dll. Memori inilah yang membangkitkan kecintaannya terhadap komedi dan akhirnya bersemangat ikut SUCI.
Kepada Rosianna Silalahi, Ernest menuturkan dirinya ikut audisi SUCI saat itu dengan berbagai pertimbangan. Sebab, ketika itu ia sudah bekerja mapan di sebuah kantor, namun tiba-tiba harus dihadapkan pilihan untuk resign dari kantor, jika ingin lanjut di tahap karantina sebagai komika.
Jika gagal di SUCI, rencananya ia akan menjadi pekerja kantoran lagi. Berbekal izin istri, Ernest pun mengikuti karantina. Cita-cita Ernest menjadi juara kandas, ketika ia dinyatakan harus close mic di tiga besar. Momen ini menjadi titik gelap baginya sekaligus menjadi dramatis, ketika berhasil bangkit dari kegelapan itu.
Saat Ernest dinyatakan harus close mic, Pandji Pragiwaksono mengatakan bahwa Ernest dengan keberaniannya, subjektivitasnya, serta heroik telah menjadi pahlawan bagi orang-orang di Indonesia yang mungkin dalam satu masa merasa tertekan.
Ernest mengaku sama sekali tidak ingat momen ketika Pandji mengatakan demikian. Baginya, SUCI menjadi ruang untuk bercerita. Ernest percaya, stereotip itu bisa terkikis ketika tidak mengasosiasikan etnis tertentu dengan karakteristik tertentu.
“Banyak sekali orang-orang yang berpersepsi nanya, media terutama, ‘orang-orang Cina itu gakpapa ya lu jadikan bahan?’ Justru terbalik, ada resep representasi itu justru mereka happy ada yang ngomong di panggung ada berbagi,” ungkapnya.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.