JAKARTA, KOMPAS.TV - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro menelepon Rektor Universitas Airlangga (Unair) membatalkan pembekuan BEM FISIP.
Menurutnya, hal itu bertentangan dengan kebebasan berdemokrasi di dunia kampus. Kampus harus tetap kritis dan menjadi tempat masyarakat meminta pendapat, masukan, dan saran.
Sebelumnya Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unair viral di media sosial, setelah mengirimkan karangan bunga satir yang ditujukan kepada Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.
Menurut Satryo, jika kata-katanya dirasa kasar, maka pihak kampus bisa meminta agar mahasiswa menggantinya dengan yang lebih santun atau bahkan cukup dibuang saja karangan bunganya, bukan berarti BEM dibekukan.
Satryo Soemantri Brodjonegoro juga mengakui bahwa saat ini daya kritis di lingkungan kampus berkurang.
Menurutnya, hal ini karena terlalu banyak regulasi yang membuat dosen tidak punya waktu untuk berpikir kritis dan tidak punya waktu untuk berpendapat saat dibebani dengan administrasi.
“Kampus harus otonom, supaya dia punya kemampuan berkembang, kreativitas, termasuk mengkritisi perkembangan yang ada. Ada juga yang masih kritis, ternyata kan dosennya juga menghambat jangan sampai kritis, gitu kan,” ujarnya.
Selengkapnya saksikan di kanal youtube KompasTV.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.