Kompas TV TALKSHOW rosi

Guru Besar UI: Ada Paslon yang Kurang Merespon Harapan Publik di Debat Pilpres | ROSI

Kompas.tv - 31 Januari 2024, 13:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.TV - Debat ke-4 Pilpres 2024 telah diselenggarakan pada Minggu (21/1/2024). Guru Besar Antropologi Hukum FH Universitas Indonesia, Profesor Sulistyowati Irianto mengatakan semua substansi relatif tidak tergali, sebab semua orang sibuk membicarakan soal gimik dan etika. Mestinya masing-masing calon menyampaikan substansi gagasannya dari setiap pembahasan debat kemudian diterjemahkan dalam public policy atau kebijakan publik yang akan dijalankannya 5 tahun mendatang jika terpilih menjadi pemimpin negeri ini. 

Menurut Sulis, justru perang tafsir yang terjadi di debat Pilpres keempat daripada membicarakan hal-hal substansial. Sebagai contoh, Sulis menyebut diskusi substansi yang berkaitan dengan pertanyaan lebih banyak disampaikan oleh cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar dan cawapres nomor urut 3, Mahfud MD. Sulis menyayangkan ada kandidat yang kurang merespon harapan publik untuk mencari pemimpin bangsa. 

Sikap cawapres nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka dalam debat ke-4 Pilpres, Minggu (21/1/2024) menuai respon publik. Sebagian menilai sikapnya tidak sopan dan minim etika. Sementara itu, Wakil Ketua TKN Prabowo-Gibran, Grace Natalie menyayangkan adanya narasi tengil hingga tidak tahu sopan santun pada Gibran usai debat cawapres. Grace mengatakan dalam hal debat seluruh kontestan harusnya setara. 

Profesor Sulistyowati Irianto mengatakan ini bukan soal umur, tetapi dalam sebuah debat Pilpres hendaknya para kandidat menjawab substansi dari setiap pertanyaan khususnya terkait pembangunan berkelanjutan, sumber daya alam, lingkungan hidup, energi, pangan, agraria, masyarakat adat dan desa.

Menurut Sulis, gimik dan perdebatan yang tidak esensial menyulitkan publik untuk menilai paslon-paslon itu. Padahal para kandidat tidak memiliki keleluasaan ruang untuk menjawab semaksimal mungkin gagasan apa yang dipikirkan. Publik menantikan apa implementasi kebijakan strategis dari masing-masing paslon untuk memimpin bangsa lima tahun ke depan. 

Debat ketiga Pilpres 2024, Minggu (7/1) yang diikuti Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo sempat panas. Anies memberi nilai 11 dari 100 kepada Prabowo atas kinerjanya sebagai Menteri Pertahanan. Ada yang menilai sikap Anies ini mempermalukan Prabowo, sebab menyerang secara personal. 

Sulistyowati Irianto mengatakan itu adalah bentuk saling mengevaluasi kebijakan satu sama lain. Adu argumen diperbolehkan sepanjang membahas kebijakan masing-masing kandidat berdasarkan data. 

Sulis mengatakan etika dalam debat erat kaitannya dan adu argumentasi adalah hal yang biasa terjadi ketika membicarakan kebijakan-kebijakan publik dan jangan dipandang sebagai sesuatu yang personal. 

“Kalau mengkritik kebijakan Anda, maka saya (dianggap) tidak suka dengan Anda, (dianggap) meremehkan Anda.. bukan itu sebetulnya. Jadi silakan dijawab dengan debat argumentasi policy yang dipikirkan,” ungkap Sulis. 

Sulis menegaskan adu argumentasi yang disertai data bukanlah persoalan personal, sebab saat ini kita sedang memperjuangkan demokrasi melalui Pemilu. 

Simak pembahasannya bersama Guru Besar Antropologi Hukum FH Universitas Indonesia, Profesor Sulistyowati Irianto. Saksikan dalam ROSI eps. Debat Pilpres Ribut soal Etika di kanal youtube KompasTV.

 

Link: https://www.youtube.com/watch?v=E3EmtqaIbvA 




Sumber : Kompas TV



BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x