Selain dibangun dengan pola bottom-up, dukungan pendanaan dan teknologi akan terus berkembang.
Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Wahyu Prasetyawan mengatakan, mahasiswa saat ini memiliki adaptasi yang lebih cepat terhadap teknologi ketimbang generasi sebelumnya.
Namun, yang perlu diperhatikan ialah manusia di belakang teknologi itu sendiri. Daya pikir kritis, kreatif, mampu berkomunikasi, dan mencari solusi amat diperlukan.
”Ini penting agar kemajuan teknologi dapat digunakan para mahasiswa untuk hal-hal yang lebih positif. Sebab, teknologi akan selalu mempunyai dua sisi, yakni terang dan gelap. Semua kembali ke manusianya. Oleh karena itu, selain hardskill, softskill juga penting sehingga tidak ’tercebur’ dalam menggunakan teknologi,” katanya.
Wahyu menambahkan, saat ini AI memang masih menjadi perdebatan. Namun, yang tidak bisa dilawan oleh AI ialah kemampuan kritis dan kreativitas manusia.
Oleh karena itu, tugas perguruan tinggi adalah memastikan mahasiswa mempunyai daya berpikir kritis, terutama untuk menyikapi perkembangan teknologi.
Satu hal penting dari perkembangan teknologi saat ini ialah kemampuan koordinasi.
”Seperti penjual dan pembeli yang tidak saling kenal tapi bisa bertransaksi di satu aplikasi. Pada akhirnya, teknologi kembali lagi pada manusia, sebagai inventor (pencipta) dan user (pengguna). Bolak balik terus seperti itu,” kata Wahyu.
Vice President PLN Mobile PLN Icon Plus Dhamar Sumarwan menuturkan, strategi pihaknya dalam menyediakan jaringan internet ialah memanfaatkan aset-aset PLN yang ada di seluruh Indonesia.
Icon Plus pun fokus untuk mengisi wilayah-wilayah yang menjadi level dua. Artinya, secara pasar, potensial berkembang dan permintaan juga sudah tumbuh.
Hal tersebut juga mendukung peningkatan literasi digital di satu wilayah.
”Kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah ataupun perguruan tinggi di daerah tersebut sehingga bisa memberi satu pelayanan menyeluruh guna meningkatkan literasi digital bagi warga di daerah tersebut,” kata Dhamar.
Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, Alya Imaniah (19) mengatakan, digitalisasi memang sudah tak terhindarkan, termasuk dalam mendukung profesi di masa depan.
Saat ini, perempuan yang bercita-cita menjadi pelaku bisnis produk-produk lokal tersebut terus mencari cara agar penggunaan media sosial bisa diarahkan menjadi lebih produktif.
Sementara Diyaul Muttaqin (19), mahasiswa lainnya, mengatakan, dirinya memacu diri untuk lebih melek digital. Kendati masih berada di semester III perkuliahan, ia sudah terpikir untuk bekerja pada usaha rintisan.
Baca Juga: Survei Litbang Kompas: 67,4 Persen Warga Nilai Citra MK Sangat Buruk, Begini Kata Pakar Hukum
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.