JAKARTA, KOMPAS.TV - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir memberikan pesan Iduladha 10 Dzulhijjah 1445 bertepatan dengan 17 Juni 2024. Seperti termuat dalam laman muhammadiyah.or.id, dikutip Senin (17/6/2024), Haedar Nashir mengajak segenap Muslim makin menjadi insan yang shaleh, yang mau berkorban dalam menunaikan kebajikan dan ketakwaan.
"Seraya dengan itu insan beriman harus berani menjauhi yang buruk dan mungkar agar kehidupan dilimpahi berkah Allah. Hidup di dunia ini sejatinya fana yang harus diisi dengan iman, ilmu, dan amal saleh yang membawa keselamatan di akhirat kelak nan abadi," katanya.
Berikut kutipan lengkapnya:
Hari ini segenap kaum Muslimin di seluruh negeri melaksanakan ibadah Idul Adha. Idul Adha adalah Hari Raya Penyembelihan Hewan Qurban. Selain menjalankan shalat Idul Adha, setiap muslim yang berkemampuan diharuskan menyembelih hewan qurban pada hari nahar tanggal 10 atau hari tasyrik tanggal 11,12 dan 13 bulan Dzulhijjah. Daging qurban itu dibagikan kepada yang memerlukan dan sebagian dibolehkan untuk diikonsumsi sendiri.
Baca Juga: Hardiknas 2024, Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir Soroti Tantangan Besar Pendidikan Indonesia
Demikianlah sunnah Nabi sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Qurthubi diterima dari Ali bin Abu Thalib dan Muhammad bin Ka’ab. Pada hadis lain Nabi bersabda, yang artinya “Kami berqurban bersama Nabi SAW di Hudaibiyah, satu unta untuk tujuh orang, satu sapi untuk tujuh orang.“ (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi).
Kata qurban berasal dari bahasa Arab “Qoroba-Yaqrobu-Qurbanan”, artinya sesuatu yang dekat atau mendekatkan, yakni dekat dan mendekatkan diri kepada Allah yang memerintahkan ibadah ini. Qurban sering disebut udhhiyah atau dhahiyyah artinya hewan sembelihan, fisiknya hewan yang disembelih, tetapi hakikatnya ialah pengorbanan dan pengabdian diri sepenuh hati kepada Ilahi Rabbi.
Nabi Ibrahim dengan dukungan istrinya Siti Hajar dan kerelaan putra tercintanya Ismail sungguh bertaruh nyawa. Hanya lewat sebuah mimpi Nabi Kekasih Allah itu berani mengorbankan putra tercintanya Ismail. Sementara Ismail dengan tulus bersedia memenuhi perintah Allah lewat ayahnya yang beresiko tinggi itu.
Berikut dialog antara Ibrahim dan Ismail: “Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu’. Ismail menjawab:
يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ
Artinya “Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapati aku termasuk orang yang sabar’.” (QS Ash-Shaffat: 102).
Ismail memang tidak jadi dikorbankan dan atas perintah Allah diganti dengan seekor hewan. Ibrahim, Ismail bersama ibunda Siti Hajar lulus ujian Tuhan, mengorbankan sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya demi memenuhi perintah Tuhan bagi kepentingan orang banyak. Itulah puncak tertinggi ruhaniah dari keluarga Ibrahim, yakni jiwa berkorban. Jiwa tulus mengabdi kepada Tuhan dan berbuat kebajikan utama bagi kehidupan semesta!
Pengorbanan Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail itu sungguh revolusioner. Bagaimana Nabi Ibrahim dan Siti Hajar rela putra tercintanya harus disembelih (menjadi objek korban) atas perintah Tuhan. Ismail nan belia pun pasrah sarat ketaatan. Padahal perintah korban itu diperoleh Ibrahim hanya lewat mimpi. Meski penyembelihan itu digantikan seekor hewan, di hadapan Tuhan ketiganya lulus sebagai insan bertaqwa yang memiliki jiwa berkorban tinggi. Ketiganya sebagai role-model atau uswah hasanah, selaku insan profetik yang rela berkorban untuk kepentingan orang banyak. Ketiganya memberi contoh bagaimana bebas dari belenggu diri dan duniawi untuk menjadi insan yang memberi kemanfaat dan kebajikan terbaik bagi sesama dan dunia semesta.
Baca Juga: Din Syamsuddin Sebut Pemberian Izin Tambang "Secara Cuma-Cuma" ke NU-Muhammadiyah Berpotensi Jebakan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.