MAKKAH, KOMPAS.TV - Kementerian Agama (Kemenag) melalui Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan tiga skema untuk jemaah lansia pada puncak penyelenggaraan ibadah haji di Arafah, Muzdalifa, dan Mina (Armina) di Arab Saudi.
Menurut Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan, tiga skema tersebut telah didiskusikan dan disosialisasikan kepada para pengurus Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU).
“Menjelang puncak haji di Arafah – Muzdalifah – Mina atau Armina, kita telah siapkan tiga skema penyelenggaraan ibadah, khususnya bagi jemaah haji lansia,” kata Arsad usai melakukan sosialisasi dengan para pengurus KBIHU di Makkah, Selasa (20/6/2023).
Berikut ini tiga skema yang disiapkan untuk jemaah haji lansia:
1. Jemaah lansia yang meninggal dunia atau sakit keras akan dibadalhajikan
Jemaah lansia yang meninggal dunia setelah di embarkasi, saat di pesawat, atau di tanah suci, serta jemaah lansia yang memiliki ketergantungan pada alat dan obat sehingga tidak bisa dimobilisasi akan dibadalhajikan.
Berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu, sampai saat ini, Rabu (21/6/2023) pukul 14.00 WIB tercatat ada 103 jemaah haji Indonesia yang meninggal di pesawat, Jeddah, Madinah, dan Makkah.
“Jadi, nantinya akan ada orang yang membadalkan hajinya,” kata Arsad dilansir dari laman resmi Kemenag.
Baca Juga: 4 Jemaah Haji Lampung Meninggal Dunia di Tanah Suci
2. Jemaah haji yang sakit dan dirawat namun bisa dimobilisasi akan safari wukuf
Jemaah haji yang sakit dan dirawat, baik di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKIH) ataupun di RS Arab Saudi (RSAS), dan masih bisa dimobilisasi akan disafariwukufkan.
“Kita akan angkut dengan bus yang sudah dimodifikasi, ada jemaah yang duduk dan baring. Satu dua jam di Arafah kemudian akan kembali ke KKIH atau RSAS,” kata Arsad.
Sumber : Kemenag
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.