JAKARTA, KOMPAS.TV - Ada tiga etika yang kerap dilupakan seorang muslim ketika berdoa. Padahal, etika merupakan kunci dikabulkannya doa.
Dalam Islam, doa adalah perantara antara seorang muslim dan Rabb-nya.
Begitu pentingnya doa, bahkan Rasul pun bersabda, doa seorang muslim adalah ibadah. Ketika berdoa, seorang muslim berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta.
Rasul bersabda: ”Doa adalah Ibadah.” (HR. Abu Dawud)
Belum dikabulkannya sebuah doa bisa jadi karena kita melupakan etika dalam berdoa.
Ketika memanjatkan permohonan kepada Allah SWT, penting bagi kita untuk memperhatikan etika agar doa kita diijabah (dikabulkan).
Etika dalam berdoa termaktub dalam kitab al-Adzkar karya Imam Nawawi, kitab yang paling sering dirujuk terkait zikir, doa dan cara hidup sehari-sehari seorang muslim.
Dalam kitab itu bahkan ada sub pembahasan khusus tentang etika dalam berdoa. Aturan ini seharusnya tidak dilupakan oleh seorang muslim jika hendak meminta sesuatu kepada Allah.
Imam Nawawi mengutip hujjatul Islam, Imam Ghozali, terkait etika dalam berdoa ini. Seseorang yang melupakan etika ini, bisa jadi doanya belum sempurna dan kemungkinan sulit dikabulkan.
Namun yang perlu digarisbawahi, dikabulkannya atau tidak sebuah doa adalah hak prerogatif Allah SWT.
Baca Juga: Doa Nabi Muhammad di Hari Jumat agar Dosa selama 80 Tahun Diampuni
Imam Nawawi menjelaskan, ada beberapa waktu mulia yang dianjurkan dan baik untuk berdoa (mustajab) seperti hari Arafah, bulan Ramadan, hari Jumat, dan sesudah salat.
Apa maksudnya? Hal ini terkait kondisi yang ideal untuk berdoa. Imam Nawawi menjelaskan keistimewaan berdoa ketika sujud, saat hujan turun, dan saat iqamah salat berkumandang.
Sebagian dari kita kerap melupakan hal ini. Memanjatkan doa sambil menghadap kiblat lebih utama dan merupakan etika agar doa dikabulkan.
Begitulah. Semoga Allah menerima doa-doa kita semua. Amin.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.