Mengimani bahwa tidak ada yang mengetahui perkara ghaib kecuali hanya Allah Azza wa Jalla semata, sedangkan para Nabi dan Rasul-Nya tidak mengetahui perkara ghaib, kecuali pada hal-hal yang telah dikabarkan oleh Allah ta’ala kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah:
"(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya."
(QS. Al-Jinn/72: 26-27)
Dalam ayat lain Allah Azza wa Jalla berfirman:
"Dan di sisi Allah-lah kunci-kunci yang ghaib." [Al-An’am/6:59].
Maka berbicara atau meyakini sesuatu yang berkaitan dengan alam kubur tanpa dalil dari Al-Quran maupun hadits shahih adalah tidak boleh dilakukan.
Sebab pembahasan kubur adalah perkara ghaib yang sulit dijangkau akal pikiran, perasaan ataupun penyelidikan maupun pengalaman seseorang.
Di dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda:
Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kuburnya, dan ditinggalkan, para pelayatnya telah pergi, sesungguhnya dia mendengar suara ketukan sandal mereka. Dua malaikat akan mendatanginya, lalu mendudukannya dan mengatakan: “Apa yang dahulu kamu katakan tentang laki-laki ini, yaitu Muhammad sholallohu ‘alaihi wassallam?”.
Dia menjawab: “Aku bersaksi beliau adalah hamba Alloh dan utusanNya”.
Maka dikatakan kepadanya: “Lihatlah tempat tinggalmu yang berupa neraka, Alloh telah menggantikannya untukmu dengan tempat tinggal yang berupa sorga”.
Nabi sholallohu ‘alaihi wassallam bersabda: “Maka dia melihat keduanya semua”.
Adapun orang kafir atau munafiq, dia akan menjawab: “Aku tidak tahu. Aku dahulu mengatakan seperti yang dikatakan orang-orang”.
Maka dikatakan kepadanya: “Kamu tidak tahu dan tidak mengikuti (orang yang tahu)”. Kemudian dia dipukul sekali dengan palu besi di antara dua telinganya. Maka dia berteriak dengan teriakan yang bisa di dengar oleh orang-orang di sekitarnya, kecuali manusia dan jin”.
(HR. Bukhori, no. 1338; Muslim, no. 2870)
Alam kubur yang biasa kita kenal atau juga dinamakan alam barzakh. Sedangkan kata barzakh berarti pemisah antara dua hal (QS ar-Rahman [55]: 20).
Mujahid menjelaskan, alam barzakh itu adalah alam yang memisahkan antara dunia dan akhirat atau alam antara sesudah mati dan hari kebangkitan (tafsir Ibnu katsir dan at-Thabari).
Al-Ashfahany menjelaskan, alam barzakh adalah alam pemisah antara manusia dan kesempatan mencapai derajat yang tinggi di akhirat.
Seperti di firmankan dalam surah al-Mukminun ayat 11,
“… Dan di hadapan mereka ada dinding (barzakh) sampai hari mereka dibangkitkan.”
Sehingga bila seseorang meninggal dunia akan ada dinding pembatas yang amat tebal dan memisahkan antara dunia dan akhirat. Sungguh mustahil ia dapat berjalan-jalan kembali ke dunia.
Karena itu, sesungguhnya seseorang yang telah mati, dan berada di alam kubur, dia sibuk dengan diri sendiri, mempertanggung jawabkan seluruh amalannya.
Karenanya jika dia seorang yang sholih, maka akan mendapatkan nikmat kubur, sedangkan jika dia orang kafir, akan mendapatkan siksa kubur. Dengan demikian dia tidak akan sempat memikirkan orang lain, walaupun keluarganya sendiri di dunia.
Wallahu a’lam bish-shawab
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.