KLATEN, KOMPAS.TV - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) terhadap peristiwa keracunan massal di Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno.
Hal tersebut disampaikan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Diskes) Kabupaten Klaten, Hanung Sasmito Wibawa.
Ia menyebut status KLB ditetapkan mengingat banyaknya korban dalam keracunan massal tersebut.
Baca Juga: Keracunan Massal di Klaten: Korban 110 Orang, 1 Meninggal Dunia
"Karena melibatkan warga banyak yang jadi korban dan ada yang meninggal dunia. Maka kami mencatumkan status KLB," kata Hanung dalam keterangannya, Selasa (15/4/2025).
Ia juga menuturkan pihaknya telah membuka posko kesehatan sejak Senin (14/4) malam.
"Jadi jumlah korban yang kami tangani itu membeludak tadi malam sampai jam 1 malam. Itu pun pagi ini juga masih ada yang berdatangan," ujarnya, dikutip dari Tribun Jogja.
Menurut penjelasannya, rata-rata warga yang keracunan mengalami gejala mual, muntah, lemas, dehidrasi, hingga demam.
Diberitakan sebelumnya, keracunan massal tersebut berawal dari adanya pentas wayang kulit dalam rangka halalbihalal di di RT 13/RW 04, Dukuh Bendungan, Desa Karangturi, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, pada Sabtu (12/4).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Klaten Syahruna menyebut dalam acara tersebut terdapat hidangan yang disantap warga yang datang.
Kemudian, pada Minggu (13/4) beberapa warga yang menghadiri acara tersebut merasakan mual dan pening.
"Namun belum secara bersama-sama merasakan hal tersebut," ucapnya, dikutip dari Antara.
Baca Juga: Sederet Fakta Sepasang Suami Istri dan Anaknya Meninggal di Musi Rawas karena Keracunan Asap Genset
Selanjutnya, kata ia, pada Senin (14/4), semakin banyak warga yang merasakan hal yang sama hingga akhirnya kejadian tersebut dilaporkan ke perangkat desa setempat.
Sementara itu berdasarkan keterangan Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo, saat ini terdapat 110 warga yang mengalami keracuanan.
"Banyak yang jadi korban, sampai sekarang 110 orang," kata Hamenang dalam keterangannya, Selasa (15/4).
Ia bahkan menyebut terdapat satu korban meninggal dunia setelah sempat mengalami gejala sesak napas.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Tribun Jogja/Antara.
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.