SURAKARTA, KOMPAS.TV - Pengurangan jumlah armada dan pengemudi Batik Solo Trans (BST) sejak Rabu (1/1/2025) lalu, berdampak ke berbagai pihak.
Adanya pengurangan jumlah armada dan pengemudi BST pada 2025 dikonfirmasi Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta Yulianto Nugroho, Selasa (31/12/2024), melalui keterangan tertulis kepada Kompas TV.
“Terkait dengan perubahan layanan Batik Solo Trans di tahun 2025, dari konsekuensi optimalisasi, memang ada beberapa awak kendaraan yang terkena dampaknya,” kata Yulianto.
“Untuk itu dari hal tersebut, nantinya dapat mempersiapkan diri bisa beralih ke profesi/pekerjaan di luar dari pengemudi layanan BST,” lanjutnya.
Ketika dikonfirmasi, Yulianto juga membenarkan adanya pengurangan ini berkaitan dengan anggaran operasional.
“Iya, terkait dengan ketersediaan anggaran, makanya disesuaikan, dan pelayanan tetap diusahakan sama saat ini,” ujarnya.
Dia mengungkapkan jumlah koridor BST masih sama yaitu 12. Layanan BST Koridor 1, 3, 4, 5, 6 menggunakan bus sedang. Adapun Koridor 2, 7, 8, 9, 10, 11, 12 menggunakan feeder.
Terkait prosedur operasional standar atau standard operating procedure (SOP), Yulianto mengatakan, pada 2025, BST akan melakukan penyesuaian waktu layanan sebagai berikut:
Adapun untuk tarif, tetap berlaku tarif terintegrasi.
Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Belum Dimulai di Solo
Pengurangan jumlah armada dan pengemudi serta penyesuaian operasional BST, rupanya berdampak kepada masyarakat yang menjadi penggunanya.
Salah satunya, Amanda yang merupakan mahasiswa, mengaku dirugikan.
“Sebenarnya agak merugikan, karena pertama, kalau misalkan saya kan ini lumayan banget ya untuk saya sebagai pelajar, karena jarak sejauh itu cuma bayar dua ribu,” katanya di Solo, Sabtu (4/1/2025).
“Tapi yang biasanya itu jadinya bisa tepat waktu, jadi kan harus ngulur waktu, harus datang lebih dulu (awal),” lanjutnya.
Amanda juga merasakan waktu menunggu kedatangan menjadi lebih lama dari sebelumnya.
“Terakhir kemarin (sebelum pengurangan armada), kalau misalnya cepat, 10 menit (waktu tunggu) itu masih bisa, cuma kadang jadi enggak bisa dijagain, jadi kadang hampir 15 menit, 20 menit gitu (setelah penyesuaian),” katanya.
“Jadi agak susah untuk menyesuaikan jamnya,” imbuh Amanda.
Pengurangan jumlah armada dan pengemudi juga berdampak signifikan terhadap dua perusahaan yang memegang operasional BST di Solo, yakni PT Bengawan Solo Trans (BST) dan PT Transportasi Global Mandiri (TGM).
Baca Juga: Kecelakaan Bus Tabrak Pikap di Jalan Raya Ngawi-Solo, 1 Pengemudi Pikap Tewas
Direktur PT Bengawan Solo Trans (BST) Mulyono mengatakan jumlah armada BST berkurang dari 72 bus pada 2024, menjadi 42 bus pada 2025.
Pengurangan ini disesuaikan dengan kontrak baru dengan Kementerian Perhubungan.
“Jadi kurang 30 bus, itu kontrak saya dengan kementerian,” kata Mulyono di Garasi BST, Jumat (3/1/2025).
“Jadi, sopir yang saya butuhkan juga berkurang,” tambahnya.
Oleh karena itu, untuk menyesuaikan jumlah kendaraan yang beroperasi pada 2025, pengemudi yang semula berjumlah 249 pada 2024, dikurangi menjadi 122 orang.
“Yang kita pakai (perpanjang) 122,” ungkap Mulyono.
Dia juga menuturkan, kontrak ini sudah menjadi sistem kerja yang disadari pengemudi.
“Jadi, sopir sudah menyadari bahwa kita kerja di sini bukan seperti sopir di tempat lain, jadi berdasarkan kontrak,” terangnya.
Adapun kontrak dengan kementerian berlaku selama satu tahun dan diperpanjang secara berkala.
Oleh karena itu, operasional BST juga menyesuaikan dengan kontrak baru yang dijalankan.
“Karena saya juga berkontrak ke kementerian, jadi kalau kontrak saya di sana dikurangi, otomatis sopir juga tidak perpanjang,” papar Mulyono.
“Itu pun di sini termasuk dikurangi, tapi yang paling banyak unit yang dipertahankan,” tambahnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.