FLORES TIMUR, KOMPAS.TV - Puluhan penduduk di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah hidup dalam bayang-bayang aktivitas vulkanik selama lebih dari setahun. Ketika gunung ini kembali meletus pada Kamis (2/1/2025), warga hanya bisa pasrah.
Meski status gunung telah diturunkan dari level IV (Awas) menjadi level III (Siaga), erupsi masih terjadi.
"Ini sudah satu tahun lebih meletus, kami hanya bisa pasrah dengan keadaan alam," ungkap Rosalia Oca (37), warga Hokeng Jaya, dikutip dari Kompas.com.
Dampak erupsi tidak hanya mengganggu kesehatan, tetapi juga telah menyebabkan korban jiwa dan kerusakan rumah, memaksa banyak warga mengungsi ke posko pengungsian atau menumpang di rumah warga lain.
Baca Juga: Lima Gunung Ditutup karena Cuaca Ekstrem, Ada Merbabu dan Rinjani
Gunung ini kembali memuntahkan materialnya pada Kamis pagi. Kepala Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki, Herman Yosef Mboro, melaporkan erupsi tersebut terekam dengan amplitudo maksimum 39,2 mm dan berlangsung selama 7 menit 29 detik.
Letusan menghasilkan kolom abu setinggi 1.200 meter di atas puncak gunung yang memiliki ketinggian 2.784 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu tebal berwarna kelabu yang condong ke arah barat daya telah menjadi pemandangan rutin bagi warga setempat.
Untuk mengurangi dampak abu vulkanik, pihak berwenang terus mengingatkan warga agar mengenakan masker atau alat pelindung diri.
Rosalia mengaku bersyukur ketika Badan Geologi Kementerian ESDM menurunkan status gunung pada 24 Desember 2024.
Namun, letusan yang masih terjadi membuat warga tetap harus waspada dan siap menghadapi kemungkinan terburuk.
Baca Juga: Kembali Dibuka, Pendakian Gunung Semeru Kini Dibatasi 200 Pendaki per Hari
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.