JAKARTA, KOMPAS.TV - Rencana Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jakarta yang akan menghapus koridor 1 Transjakarta rute Blok M-Kota pada 2029 mendatang, mendapatkan reaksi penolakan dari sejumlah warga.
Maklum, transportasi publik warga Jakarta ini sudah menjadi moda paling diandalkan. Dishub beralasan, koridor 1 akan bersinggungan dengan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta rute Lebak Bulus-Kota, yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan dan direncanakan rampung pada 2029.
"Koridor Blok M-Kota ini akan dilakukan rerouting, tetapi menunggu selesai pembangunan MRT fase 2A (Bundaran HI-Kota) dan MRT operasional full (dari Lebak Bulus) sampai dengan ke Kota," ujar Kepala Dishub Provinsi Jakarta Syafrin Liputo saat ditemui di Terminal Kalideres, Jakarta Barat, Sabtu (21/12/2024).
Tak bisa dipungkiri, koridor 1 Transjakarta merupakan jalur paling ikonik. Sebab melewati tempat-tempat strategis di Jakarta seperti Monas, Istana Negara, Gelora Bung Karno (GBK), dan kawasan perkantoran.
Rute ini pertama kali dicetuskan dan diresmikan oleh Gubernur Jakarta periode 1997-2007 Sutiyoso. Kala itu sering disebut jalur busway dan warga banyak yang menyebutnya "busway" saja.
Baca Juga: Rangkuman Polemik Rencana Penghapusan Rute Transjakarta Blok M-Kota yang Berhimpitan dengan MRT
Koridor 1 diresmikan pada 15 Januari 2004 oleh Sutiyoso, bertepatan dengan mulai beroperasinya Transjakarta.
Untuk menarik minat warga, Transjakarta beroperasi secara gratis selama lebih dari sepekan. Warga pun berbondong-bondong mencoba moda transportasi yang bergerak dari Blok M ke Kota itu.
Menurut Sutiyoso, Transjakarta merupakan solusi bagi kondisi lalu lintas Jakarta yang padat.
"Bus transjakarta merupakan jawaban atas kondisi lalu lintas saat ini dan sekaligus menjadi titik awal dari perombakan total sistem angkutan umum dalam bingkai transportasi makro," kata Sutiyoso saat peluncuran koridor 1 Transjakarta, sebagaimana diberitakan harian Kompas pada 16 Januari 2004.
Namun gagasan itu tak selalu berjalan mulus. Kritik dan hujatan pun berhamburan. Sebagian kalangan menyebut jalur busway menyebabkan kemacetan yang bertambah parah.
Harian Kompas edisi 15 Desember 2003 memberitakan, saat masa uji coba Transjakarta, Jalan Sudirman macet. Penyebabnya, sejumlah bus Transjakarta berhenti di jalur khusus di depan halte Dukuh Atas pada 13 Desember 2003.
Banyak pengamat menyebut situasi itu mengindikasikan kegagalan program Transjakarta. Selain itu, kehadiran Transjakarta disebut akan meminggirkan sopir-sopir bus lain dan itu akan berdampak sosial luas.
Baca Juga: Pengguna Transjakarta Tolak Penghapusan Koridor 2: Enggak Semua Orang Bisa Naik MRT
Namun, waktu mencatat sebaliknya. Pengelola Transjakarta terus memperbaiki diri. Koridor diperluas, armada bus Transjakarta pun ditambah sehingga jumlah pengguna meningkat signifikan.
Badan Pusat Statistik Jakarta mencatat, jumlah penumpang Transjakarta pada Oktober 2024 mencapai 35.646.480 orang, meningkat 10,04 persen dibandingkan September 2024.
Jumlah penumpang pada September 2024 mencapai 32.394.170 orang. Tak heran bila banyak warga keberatan dengan rencana penghapusan koridor 1 yang menjadi favorit itu.
Sumber : Kompas TV, Kompas
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.