Kompas TV regional berita daerah

Menjinakkan Si Raksasa Penyerap Karbon, Tantangan dan Solusi Pengelolaan Lahan Gambut

Kompas.tv - 14 November 2024, 13:34 WIB
menjinakkan-si-raksasa-penyerap-karbon-tantangan-dan-solusi-pengelolaan-lahan-gambut
Ekspose Nasional Peat-IMPACTS Pahlawan Gambut yang digelar di Jakarta, Selasa (13/11) (Sumber: ICRAF Indonesia)
Penulis : KompasTV Palembang

PALEMBANG, KOMPAS.TV - Pengelolaan lahan gambut dengan nilai ekonomi yang berkelanjutan masih menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kebutuhan untuk membangun drainase guna menurunkan muka air tanah. Namun, praktik ini dapat mengeringkan lahan dan meningkatkan kerentanannya terhadap kebakaran, yang berujung pada meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK).

Kepala Balai Pengujian Standardisasi Instrumen Tanah dan Pupuk Kementerian Pertanian, Ladiyani Retno Widowatin, menjelaskan, "Penurunan lahan atau subsidence serta meningkatnya emisi GRK adalah dampak dari aktivitas ekonomi di lahan gambut."

Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan penurunan emisi GRK sebesar 29% pada tahun 2030, sesuai dengan komitmen dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC). Strategi untuk mencapai target tersebut melibatkan pengurangan deforestasi, pencegahan kebakaran, dan penguatan tata kelola gambut melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM).

Dalam upaya ini, Kementerian Pertanian bekerja sama dengan International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan BRIN melalui proyek *Peat-Impact* (Improving the Management of Peatlands and the Capacities of Stakeholders) yang sudah dijalankan di Sumatera Selatan (Sumsel) dan Kalimantan Barat (Kalbar) sejak 2020. Proyek ini bertujuan mendukung target penurunan emisi dengan mengelola lanskap gambut secara berkelanjutan dan memperkuat kapasitas petani melalui pelatihan dan praktik budidaya pertanian yang ramah lingkungan.

Sekretaris Badan Standardisasi Instrumen Pertanian Kementan, Haris Syahbuddin, menambahkan bahwa ekosistem gambut Indonesia yang mencakup 24 juta hektar memiliki peran besar dalam mitigasi perubahan iklim global. Ekosistem ini berfungsi menyimpan karbon, mengatur hidrologi, dan mendukung keanekaragaman hayati. Namun, pengelolaan yang tidak berkelanjutan, seperti drainase berlebihan, dapat memicu kebakaran yang melepaskan GRK dalam jumlah besar, menyebabkan polusi udara dan kerugian ekonomi yang signifikan.

"Jika pendekatan yang diterapkan dalam proyek *Peat-Impact* di Sumsel dan Kalbar dapat diperluas ke seluruh Indonesia, dampak positifnya tidak hanya akan dirasakan di dalam negeri, tetapi juga di seluruh dunia," ujar Haris.

Baca Juga: Langkah Maju untuk Gambut, Inovasi dan Kolaborasi Menuju Ekosistem Lestari

Direktur Program ICRAF Indonesia, Andree Ekadinata, mengapresiasi kolaborasi yang terjalin dalam pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan. Menurutnya, keterlibatan berbagai level pemerintahan dan masyarakat lokal sangat penting untuk kesuksesan proyek ini. "Proyek *Peat-Impact* bertujuan memperkuat kapasitas para pemangku kepentingan dan menciptakan solusi nyata untuk pengelolaan gambut yang adaptif dan berkelanjutan," ujarnya, pada rilis tertulis ICRAF yang diterima Rabu (13/11).

Sonya Dewi, Principal Investigator Proyek *Peat-Impact*, mengatakan bahwa program ini dirancang untuk membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan pengelolaan gambut yang berkelanjutan. Berbagai metodologi dan alat bantu telah diperkenalkan untuk mendukung pemangku kepentingan dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan yang lebih baik.

"Selain itu, upaya peningkatan kapasitas ini juga melibatkan pelatihan teknis bagi lembaga pemerintah dalam merumuskan dan menegakkan kebijakan, serta pelatihan praktik pertanian berkelanjutan untuk masyarakat lokal. Kami juga berupaya mengintegrasikan konservasi gambut dalam model bisnis sektor swasta," kata Sonya.

Baca Juga: Hilang 700 Ribu Hektare Lebih dalam 7 Tahun, RPPEG Jadi Pedoman untuk Gambut Sumsel

Sebagai bagian dari proyek ini, kurikulum gambut juga dikembangkan untuk tingkat sekolah dasar dan menengah, agar kesadaran tentang pentingnya ekosistem gambut dapat dibangun sejak dini. Tak ketinggalan, platform digital *WikiGambut* diperkenalkan sebagai wadah informasi lengkap tentang ekosistem gambut dan praktik pengelolaannya yang berkelanjutan.

"Dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari berbagai pihak, Indonesia optimis dapat mencapai target NDC dan memberikan kontribusi besar dalam upaya mitigasi perubahan iklim global," tutup Sonya.




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x