YOGYAKARTA, KOMPAS.TV – Salah satu komunitas bank sampah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, telah melakukan uji coba penggunaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar berbahan baku sampah plastik untuk kendaraan roda empat.
Siang itu, Jumat (9/8/2024), area Bank Sampah Go Green di Cupuwatu, Purwomartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, cukup sunyi.
Satu mobil pikap terparkir tidak jauh dari tumpukan sampah plastik yang ada di semacam ruang penampungan. Sementara dua mesin pirolisis -- mesin pengolah limbah atau sampah plastik menjadi BBM -- dengan ukuran berbeda, tertata di halaman. Dua tabung gas terhubung ke masing-masing mesin tersebut.
Di teras rumah, seorang perempuan terlihat serius menghadap layar monitor laptopnya. Sementara, seorang pemuda berambut cepak duduk di sisi lain teras.
Sekilas seperti tidak ada aktivitas lain di tempat itu. Hanya ada suara menderu samar terdengar dari dua mesin pirolisis. Mesin itu merupakan alat pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak jenis solar.
Hawa panas terasa saat berjalan di dekat kedua mesin tersebut, menunjukkan bahwa keduanya sedang beroperasi.
Perempuan yang tadi serius menghadap layar laptop menyapa ramah. Dia adalah Fransiska Dani, pendiri Bank Sampah Go Green. Sedangkan pemuda yang menemaninya adalah Feri, operator mesin pirolisis.
Proses pengolahan sampah plastik menjadi BBM tersebut baru berjalan sekitar dua bulan, tepatnya sejak Juni 2024 lalu.
“Saya dari Komunitas Bank Sampah Go Green. Mesin ini ada di sini karena Yayasan Get Plastic yang kantornya ada di Bali, itu dia ada event tahunan sebenarnya untuk isu edukasi lingkungan,” kata Dani.
Dalam sehari, pihaknya bisa menghasilkan sekitar 35 liter BBM solar berbahan sampah plastik. Jumlah itu merupakan akumulasi dari hasil pengolahan dua mesin pirolisis yang ada.
“Sehari itu, kan kita ada dua mesin, kurang lebih bisa 35 liter. Mesinnya ada yang kapasitas 20 kilogram, tapi karena kita tidak punya mesin press dan pencacah plastik, jadinya yang masuk nggak maksimal.”
“Misalnya masuk 12 kilogram, nanti yang keluar sekitar 10 sampai 11 liter. Yang satunya kapasitas 50 kilogram tapi yang masuk sekitar 25 kiloan, jadinya solar 23 liter,” tambah Dani.
Sejak beroperasi pada Juni lalu hingga akhir Juli, bank sampah yang ia kelola telah mengumpulkan sebanyak 1,2 ton sampah plastik. Sampah plastik itu mereka peroleh dari warga sekitar maupun pelaku UMKM seperti pedagang angkringan.
“Ini sebenarnya donasi dari warga, kebanyakan yang masuk ke sini itu plastik yang tidak laku dijual seperti sedotan, tas keresek, plastik bening, plastik es teh, yang tidak ada nilai jualnya,” jelasnya.
“Biasanya yang datang ke sini itu dari warga sekitar yang sudah memilah sampah, kemudian ada juga dari komunitas bank sampah, ada juga dari pengusaha UMKM, ankgringan, dsb.”
Meski solar tersebut berbahan baku sampah plastik, Dani menyebut nilai oktan BBM hasil pirolisis itu setara dengan solar yang ada di pasaran umum, yakni 62.
Berdasarkan hasil uji oktan yang disebutnya mencapai 62, pihaknya pun melakukan uji coba penggunaan BBM tersebut pada kendaraan umum berbahan bakar solar. Kendaraan umum yang dipilih adalah ‘Sithole’, mobil angkutan wisatawan dengan trayek beberapa obyek wisata di Yogyakarta.
Kolaborasi dengan salah satu unit mobil ‘Sithole’ tersebut sekaligus untuk mengampanyekan pengolahan sampah plastik menjadi BBM.
“Kalau sithole itu ada satu unit yang dikerjasamakan. Jadi, ada kolaborasi, kerja sama dengan sithole.”
“Sithole kita uji coba untuk bahan bakar solar sampah plastik, kemudian kami boleh menempel stiker di mobil Sithole untuk bahan kampanye bahwa plastik itu sebenarnya bisa diolah menjadi BBM,” jelasnya.
Sepekan setelah mobil tersebut menggunakan solar berbahan sampah plastik, Dani sempat menanyakan pada pengemudi mobil itu tentang perubahan yang dirasakan.
Ia ingin mengetahui, apakah tidak ada kendala dalam penggunaan solar berbahan sampah plastik Itu pada mobil tersebut.
Ia bahkan turut melakukan perjalanan menggunakan mobil itu. Sepanjang perjalanan, Dani juga menyampaikan pada penumpang lain mengenai penggunaan solar berbahan sampah plastik.
“Jadi saya sepanjang jalan ngomong kayak guide bahwa pakai solar plastik.”
“Saya tanya bedanya, kalau menurut driver yang biasa bawa mobil itu, dia bilang tarikannya lebih enak,” tuturnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.