BATU, KOMPAS.TV - Batik tanaman obat keluarga atau Batoga ini adalah hasil kreasi seorang ibu rumah tangga di kota batu Dwi Harining. Dwi terinspirasi membuat Batoga setelah melihat sebuah tayangan tentang kebiasaan presiden Jokowi yang kerap mengonsumsi jamu berbahan herbal.
Dari situlah Dwi mulai berkreasi membuat motif batik bercorak tanaman herbal. Jahe, kunyit, kencur dan beberapa tanaman obat lain adalah motif yang tergambar di kain batik buatan Dwi. Tak ketinggalan, Dwi juga memasukkan apel dan batu sebagai ciri khas Batoga.
Menurut Dwi, tidak hanya motif, batik yang ia buat juga menggunakan pewarna alami dari tumbuh tumbuhan. Seperti warna kuning yang didapat dari kunyit, atau secang yang bisa menghasilkan warna merah dan beberapa daun dari tumbuhan lain yang bisa menghasilkan warna. Menurut dwi/ bahan bahan tersebut sangat mudah didapatkan.
Dengan kreasi batik yang unik ini, Dwi bisa meyakinkan pasar dan terbukti batik tanaman obat keluarga ini diterima pasar dengan baik. Kini, tak hanya pasar lokal Malang Raya, meski masih menggunakan cara konvensional dalam pemasaran, Batoga telah banyak dipesan oleh pecinta batik dari kota kota besar di Indonesia. Kain batik karya warga batu ini dihargai Rp 100 ribu hingga jutaan rupiah.
"Batik tanaman obat keluarga yang motifnya dari tanaman tanaman herbal, bunga, rimpang atau daun yang berhubungan dengan toga," kata Dwi.
Tak hanya batik tulis, Dwi juga berkreasi dengan batik ecoprint. Dalam membuat produknya dwi juga melibatkan ibu rumah tangga dan beberapa petugas Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.