JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah, Sukasno menjelaskan, munculnya fenomena suhu udara dingin saat musim kemarau bukanlah hal yang luar biasa.
Bahkan, ia menegaskan, hal tersebut merupakan kondisi normal yang terjadi setiap tahunnya di wilayah Jawa Tengah.
Sukasno mengatakan, dua faktor utama yang menyebabkan terjadinya suhu dingin saat musim kemarau.
Pertama, angin dominan dari arah timur yang membawa massa udara dingin dan kering dari wilayah Australia menuju ke Indonesia.
Baca Juga: Bibit Siklon 91P Masih Terpantau BMKG, Ini Wilayah-Wilayah yang Diprediksi Hujan Lebat Hari Ini
"Hal ini memengaruhi suhu udara di wilayah Jawa Tengah. Fenomena ini biasanya terjadi pada bulan Juli dan Agustus saat bulan-bulan puncak musim kemarau," ujar Sukasno dikutip dari Kompas.com, Selasa (7/5/2024).
Faktor kedua adalah kondisi langit yang cenderung cerah tanpa awan.
Kondisi ini menyebabkan radiasi Matahari yang diterima Bumi lebih besar, sehingga suhu udara meningkat drastis di siang hari.
Namun, pada malam hari, tidak ada awan yang menahan panas Bumi.
Sehingga panas dilepaskan kembali ke atmosfer dengan cepat, menyebabkan suhu udara menjadi lebih dingin.
Fenomena dingin ini juga dapat menyebabkan embun upas atau embun yang membeku di Dieng, Jawa Tengah yang menjadi langganan setiap puncak musim kemarau.
Baca Juga: BMKG Imbau Masyarakat Jawa Tengah Siapkan Cadangan Air Jelang Musim Kemarau
“Biasanya sering terjadi di dataran tinggi Dieng. Di sana setiap puncak musim kemarau ada fenomena embun upas yang terjadi,” jelasnya.
Berdasarkan perkiraan BMKG, puncak musim kemarau 2024 di Jawa Tengah akan berlangsung pada Juli-Agustus 2024.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.