SLEMAN, KOMPAS.TV - Guru besar, dosen, mahasiswa hingga alumni Universitas Islam Indonesia melakukan tabur bunga di sebuah keranda, sebagai simbol matinya demokrasi di Indonesia.
Setelahnya, rektor UII membacakan pernyataan sikap mengecam Presiden Jokowo Widodo yang dianggap telah melakukan politik dinasti dengan cara mengakali konstitusi negara,menolak hasil Pemilu 2024 yang dituding curang, karena sarat dengan manipulasi serta meminta partai politik menjadi oposisi dan gerakan pembangkangan sipil.
“Mamberikan pesan bahwa ada masalah besar, dan semoga pesan itu menjadi pemantik untuk mengubah kebijakan kembali kepada etika, kembali kepada konstitusi dan menempatkan rakyat kepada pemegang kedaulatan rakyat tertinggi,” Ujar Fathul Wahid, Rektor UII Yogyakarta.
Pihaknya mengatakan banyak hal yang bisa dikritisi seperti program pemerintahan yang dianggap tidak masuk akal.
“Banyak hal, program yang kita anggap tidak masuk akal, tidak pro pada kesejahteraan, pro kepada oligarki, kita bisa kritisi, kita bisa beri peringatan, supaya kembali bahwa rakyat harus dimuliakan, suara rakyat harus didengarkan, dan jangan sampai rakyat dimanipulasi,” sambungnya.
Terkait isu pelengseran Jokowi, Fathul akan menunggu bagaimana DPR bersidang sebab masih ada mekanisme konstitusional yang harus didahulukan.
“Kita lihat bagaimana DPR bersidang karena itu ada mekanisme kostitusionalnya jadi kita berharap mekanisme konstitusional menjadi pilihan pertamanya,” tuturnya.
Di akhir unjuk rasa, Universitas Islam Indonesia mengeluarkan tujuh poin seruan perlawanan, diantaranya meminta partai politik menjadi oposisi dan gerakan pembangkangan sipil.
#jokowi #demokrasi #uiiyogyakarta
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.