SEMARANG, KOMPAS.TV - Mainan tradisional seperti kapal otok-otok dan gerabah pasaran menjadi ciri khas saat dugderan sehingga ramai diburu. Selain bernostalgia dengan mainan yang sudah jarang ditemui ini, warnanya yang cerah selalu menarik perhatian pembeli.
Meskipun masih menjadi primadona saat dugderan, namun pedagang dugderan di Kawasan Alun-alun Masjid Agung Kota Semarang mengaku omzet penjualan mainan khas dugderan menurun. Hal ini karena ditiadakannya wahana permainan pada dugderan kali ini sehingga daya tarik masyarakat untuk datang menurun.
Bahkan penurunan omzet hingga 50 persen per harinya, seperti yang dialami Santosa, pedagang kapal otok-otok yang sudah berjualan saat dugderan selama belasan tahun, biasanya dalam sehari ia bisa menjual hingga seratus kapal mainan namun kini dagangannya hanya laku 20 biji saja.
“Tidak adanya wahana permainan tahun ini cukup mempengaruhi pengunjung yang datang. Jadinya yang beli dagangan sepi, padahal tahun kemarin ramai,” ucap Santosa.
Hal serupa juga dialami Susanto, pedagang gerabah pasaran, meskipun pembeli tidak seramai saat ada wahana permainan, namun ia tetap bersyukur.
“Wah, tidak ada wahana permainan itu mempengaruhi penjualan sekali. Cuma, ya, mau bagaimana lagi. Kita syukuri saja,” ucap Susanto.
Para pedagang berharap, hari-hari mendekati bulan Ramadan, pengunjung akan kembali meningkat dan membeli dagangan mereka. Pasar dugderan 2024 bisa dikunjungi hingga tanggal 8 Maret mendatang mulai dari pukul 10.00 WIB hingga 22.00 WIB.
#dugderan #semarang #bulanramadan
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.