SEMARANG, KOMPAS.TV - Dampak musim kemarau panjang dikeluhkan salah satu perajin tempe di Kelurahan Pandean Lamper, Kota Semarang, Jawa Tengah, pasalnya ketersediaan air untuk memproduksi tempe mulai berkurang.
Jika biasanya untuk memproduksi tempe cukup menggunakan air sumur, kini Surani terpaksa menambah ketersediaan air untuk memproduksi tempe menggunakan air PDAM.
Menurut Surani, perajin tempe, penggunaan air PDAM untuk memproduksi tempe ini berdampak pada melonjaknya tagihan air PDAM yang digunakannya, biasanya sekitar Rp 50.000 per bulan menjadi Rp 300.000 per bulan.
“Kesulitannya itu air sama cuaca kalau mengatur raginya itu. Biasanya tidak pakai air PAM, air sumur aja cukup, cuma ini dibantu sama PAM. Ini PAM biasanya bayar listriknya misalkan Rp 50.000 sekarang sampai Rp 300.000,” jelas Surani.
Selain ketersediaan air yang berkurang, dampak musim kemarau bagi perajin tempe adalah jumlah ragi yang harus disesuaikan dengan cuaca panas, karena jika terlalu banyak ragi yang digunakan bisa mempercepat proses permbusukan tempe. Bahkan untuk menghambat percepatan proses pembusukan tempe akibat cuaca panas, Surani membuat water splash untuk melembabkan udara sehingga tempe tidak cepat busuk.
#kemaraupanjang #tempe #semarang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.