SEMARANG, KOMPAS.TV - Simulasi ini menceritakan aksi sekelompok orang yang kecewa dengan hasil Pilpres 2024. Mereka mendatangi PT PLN Indonesia Power Semarang - Power Generation Unit memaksa agar mematikan aliran listrik.
Untuk meredam emosi pengunjuk rasa, managemen Indonesia Power berupaya melakukan negoisasi dengan perwakilan pengunjuk rasa. Namun karena tidak ada titik temu, bentrok pun terjadi. Pasukan keamanan setempat dibantu Brimob dan Kepolisian Sektor KPTE Semarang, berupaya menghalau massa dan berhasil mendorong mundur.
Senior Manager PT PLN Indonesia Power - Power Generation Unit Semarang, menegaskan, untuk pengamanan objek vital di Indonesia Power Semarang, pihaknya menyiapkan 75 satuan pengamanan intern dan dibantu tim Dalmas Brimob, serta polisi tanjung emas Semarang. Pada dasarnya Indonesia power tidak akan mematikan listrik mengingat jaringan listrik ini untuk kepentingan nasional untuk mengaliri rumah sakit, perkantoran, sekolah dan lainnya.
“Darurat huru-hara, kerusuhan, dan juga sabotase terhadap instalasi pembangkit, penanganan bahaya kebakaran, tujuannya apa, kita harus selalu siap sedia terhadap segala potensi ancaman yang mengancam obyek vital nasional, khususnya seperti pembangkit di Tambak Lorok ini vital sekali fungsinya kita di tengah, di pusat pulau jawa dan kita melistriki di Kota Semarang, Ungaran, dan sekitarnya. Listriknya tidak boleh padam karena kita menyuplai listrik ke instalasi vital seperti rumah sakit, kemudian perbankan, dan sebagainya,” jelas Flavianus Erwin Putranto, Senior Manager PT PLN Indonesia Power Semarang PGU.
“Simulasi seperti ini harus terus berkala kita lakukan untuk melatih kesigapan kompetensi dan juga seberapa cepat respon kita menghadapi berbagai situasi yang ada,” lanjutnya.
Selain tanggap darurat unjuk rasa, juga digelar simulasi lain secara intern yakni kebocoran gas dan kebakaran.
#ptplnpowerindonesia #pilpres2024 #semarang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.