BANGGAI, KOMPAS.TV - Dua warga asal Desa Masungkang Kecamatan Batui Selatan rela menerjang banjir untuk melihat keadaan anaknya yang bersekolah di desa seberang. Hal itu dilakukan karena khawatir anaknya satu malam tak pulang rumah dampak banjir.
Pagi itu, hujan mulai reda, dua orang tua siswa tiba dengan baju setengah basah karena menerjang banjir sisa hujan semalam. Fatima dan Ketut Sirmawan khawatir anaknya satu malam tidak pulang dari sekolah.
Setelah memastikan anaknya dalam kondisi baik, ke dua waga Desa Masungkang itupun kembali ke rumahnya dan berencana akan membawakan baju ganti dan bekal pada anaknya. Jalur sungai yang biasa dilewati masih deras airnya. Fatima dan Ketut pun memutuskan untuk memutar untuk melewati jalur sungai yang lebih kecil karena sudah terbelah menjadi dua anak sungai.
Hujan kembali deras pada siang itu, arus sungai pun ikut mulai membesar. Guru dan staf yang sempat melihat keadaan sungai pun bergegas kembali ke sekolah. Benar saja, hujan selama dua jam lebih membuat banjir semakin luas.
Kedua warga yang menyeberang itu, terpaksa mengurungkan niatnya untuk kembali ke sekolah. Dengan kondisi itu, anak Desa Masungkang yang masih berada di sekolah pun terpaksa harus menginap di rumah warga lagi.
Kondisi itu sering terjadi ketika hujan, ada 23 anak Desa Masungkang pun terpaksa tak bisa bersekolah ketika sungai Kayua menjadi banjir.
Sekolah Menengah Pertama Batui 5 Satu Atap dibangun pada tahun 2005. Sejak itu, anak Desa Masungkang selalu menyeberangi sungai untuk ke sekolah. Sementara sekolah lainnya letaknya lebih jauh.
Warga pun berharap ada jembatan yang dibangun untuk menghubungkan dua desa itu. Baik sebagai akses ke sekolah juga sebagai akses warga antar dua desa itu.
#DesaMasungkang #PerjuanganMenuntutIlmu #AksesJalanMenujuSekolah
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.