Kirab Pusaka 1 Suro, 5 Kerbau Bule Jadi Cucuk Lampah

SOLO, KOMPAS.TV - Kerbau bule yang berjumlah lima ekor, tiba di depan Kori Kamandungan Keraton Kasunanan Surakarta, Jawa Tengah. Mereka adalah cucuk lampah, atau pemimpin kirab pusaka dalam rangka malam 1 Suro. Sudah menjadi tradisi, bahwa kerbau bule merupakan pasangan dari pusaka milik Keraton Kasunanan.

Tepat di pergantian hari, kirab pun dimulai. Kerbau bule yang selesai makan dan minum, bergerak menuju Alun-Alun Utara. Rutenya dari alun-alun kemudian ke Gladag, Pasar Kliwon, Jalan Insinyur Juanda, Yos Sudarso, Slamet Riyadi, kemudian kembali ke Keraton Kasunanan. Kirab ini menarik perhatian, bukan hanya warga Solo tapi juga dari berbagai daerah.

Ada makna dari kirab yang dilakukan, pada pergantian tahun Islam ini. Yang utama adalah tekad untuk memperbaiki diri, membersihkan dari aura negatif, serta adanya harapan untuk tahun yang lebih baik.

“Makna kirab 1 Suro ini adalah selama satu tahun kebelakang, kita introspeksi diri. Melihat hal – hal baik yang sudah kita lakukan dan untuk dilanjutkan di tahun berikutnya. Dan juga hal – hal buruk yang kita lakukan untuk diinsafi untuk tidak diulagi di tahun berikutnya. Selain itu, juga memohonkan doa keselamatan untuk diri sendiri, keluarga dan Kraton Kasunanan Surakarta,” ucap KP Dani Nur Adiningrat, Pengageng Sasono Wilopo Keraton Kasunanan Surakarta.

Peringatan malam 1 Suro keraton menggunakan patokan kalender peninggalan Sultan Agung. Sedangkan kerbau merupakan perlambang dari kekuatan, penolak bala, dan juga simbol kebodohan. Tradisi yang sudah berjalan ratusan tahun lalu ini hingga sekarang masih dipertahankan.

Sebelumnya sebanyak lima ekor kerbau bule disiapkan Keraton Kasunan untuk memimpin kirab pusaka. Lima kerbau ini menjadi cucuk lampah atau pemimpin kirab pusaka. Kerbau bule yang merupakan pengawal pusaka Kiai Slamet ini sudah terlatih dan terbiasa berinteraksi dengan banyak orang. Sebelumnya juga ada sejumlah ritual yang dilakukan sebagai persiapan kirab.

#keratonsurakarta #solo  #kerbaubule