SEMARANG, KOMPAS.TV - Meskipun belum ditemukan adanya kasus antraks di Jawa Tengah, namun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melakukan upaya antisipasi dengan memberikan vaksin agar memperkuat imun hewan ternak sehingga menekan risiko penularan.
Sebab, virus antraks yang diakibatkan bakteri bacillus anthracis dapat ditularkan hewan ke manusia melalui luka terbuka di kulit, mengonsumsi daging hewan terjangkit antraks, atau terkena spora antraks. Selain itu, spora antraks bisa bertahan sampai 75 tahun meski bangkai hewan yang tertular telah dikubur.
Selain memberikan vaksin, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah memperketat lalu lintas penjualan hewan ternak terlebih di perbatasan Jateng-DIY.
“Vaksinnya memang tidak sebanyak itu, 25.000 hanya untuk daerah-daerah yang rentan, kan kalau kita bicara sapi, Jawa Tengah kan sekitar dua juta ya. Jadi kalau daerah yang tidak rentan ya prioritas berikutnya, kita ada perlu 25.000 vaksin, tentu saja daerah-daerah yang langsung berbatasan itu yang mempunyai dampak langsung,” tutur Agus Wariyanto, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah.
“Satu, berkaitan dengan lalu-lintas kita perketat, kemudian di pasar hewan karena transaksi terjadi di pasar hewan, jadi pasar hewan itu perlu dipastikan bahwa yang diperjualbelikan itu harus ternak yang sehat,” lanjutnya.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Jawa Tengah juga mengimbau masyarakat untuk tidak panik, namun tetap waspada dan segera melapor ketika mengetahui ada ternak yang terkena antraks agar bisa dilakukan penanganan lebih lanjut serta tidak berdampak luas.
#disper #antraks #vaksin
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.