KLATEN, KOMPAS.TV - Ismuja, perajin kecap tradisional di Desa Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Dengan dibantu tiga perempuan tetangganya, lelaki berumur 67 tahun ini meneruskan usaha keluarganya yang telah dirintis sejak tahun 1965.
Ismuja yang merupakan pensiunan aparatur sipil negara (ASN) mengaku pada hari biasa hanya memproduksi kecap seminggu sekali. Dengan bahan dua kuintal gula jawa, delapan kilogram kedelai hitam, serta aneka bumbu rempah, Ismuja mampu menghasilkan sekitar 100 liter kecap siap jual.
Namun, menjelang Hari Raya Idul Adha permintaan pasar naik hingga 100 persen, sehingga kini ia memproduksi kecap dua kali dalam seminggu.
Meski tanpa merek, namun konsumen kecap legendaris ini sudah menyebar ke seluruh Indonesia. Kecap ini banyak peminatnya karena rasanya yang nikmat dan tanpa bahan pengawet.
“Seluruh Indonesia, yang sudah beli itu sampai Kalimantan, Sumatera, Bali, dan lain sebagainya. Istimewanya kata pembeli rasanya lain dengan kecap yang lain. Tidak ada pengawet, pembuatannya secara tradisional,” ungkap Ismuja.
Proses produksi kecap ini membutuhkan waktu cukup lama. Untuk proses memasak saja membutuhkan waktu sekitar tujuh jam, dan selanjutnya butuh diendapkan dahulu selama sehari semalam. Setelah itu baru bisa dimasukan dalam kemasan botol ataupun jerigen.
Hasil produksi kecapnya dijual dengan aneka ukuran, mulai kemasan botol kecil hingga jerigen ukuran lima liter, dengan harga mulai Rp 16.000 hingga Rp 215.000.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.