BANJAR, KOMPAS.TV - Belasan ton ikan budidaya keramba jala apung di Desa Mali-Mali dan Desa Sungai Arfat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan mati mendadak.
Dalam beberapa hari terakhir, para pembudidaya masih terus membersihkan bangkai-bangkai ikan yang mengapung di jala apung budidaya mereka.
Baca Juga: Senjata Api Ditemukan di Cargo Bandara Syamsudin Noor, Pemiliknya Pria Asal Banjarmasin
Rata-rata kematian ikan mencapai 90 persen di setiap jala apung milik pembudidaya jala apung.
Padahal, menurut Heru Akbar, seorang pembudidaya ikan jala apung, ikan yang mereka budidayakan rata rata akan panen satu pekan lagi.
"Banyak yang siap panen rata-rata sekitar tiga ton, mati sia-sia, paling satu minggu lagi panen," ungkap Heru sedih.
Kerugian akibat kematian ikan budidaya jala apung di Desa Sungai Arfat dan Desa Mali Mali, diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
Dari total 250 jala apung, masing masing setiap jala apung, pembudidaya harus mengeluarkan modal Rp.25 juta hingga panen dengan rata rata jumlah panen mencapai 1 ton per jala apung.
"Kerugian sekitar 5 hari ini hampir belasan ribu yang mati sudah," terang Sekdes Mali-Mali, Fajrian Noor.
Baca Juga: Limbah Medis Ditemukan di Pinggir Jalan, Dinkes Banjarbaru Imbau Warga Diperiksa
Belum diketahui secara pasti penyebab matinya belasan ton ikan budidaya jala apung ini, namun para pembudidaya menduga penyebabnya adalah kurangnya debit air yang menyebabkan zat amoniak di dasar sungai naik ke permukaan.
Hingga membuat ph air menjadi asam, akibatnya ikan yang mereka budidayakan, yakni kebanyakan ikan nila dan ikan mas, tak tahan dengan dengan kondisi air.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.