JAYAPURA, KOMPAS.TV - Pihak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) menegaskan akan menindak tegas siapa pun yang membantu kelompok kriminal bersenjata (KKB), dan penindakan terhadap mereka akan dilakukan secara komprehensif.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua, Inspektur Jenderal (Irjen) Matius Fakhiri seusai Satgas Damai Cartenz menahan seorang kepala distrik atau camat di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, atas dugaan pendanaan pada kelompok kriminal bersenjata (KKB).
”Upaya penegakan hukum bagi kelompok Egianus akan dilakukan secara komprehensif. Siapa pun yang terlibat membantu kelompok Egianus akan ditindak tegas,” ucap Mathius, dikutip Kompas.id, Jumat (5/5/2023).
Sementara, Kepala Operasi Damai Cartenz Komisaris Besar Faisal Ramadhani membenarkan penahanan seorang kepala ditrik tersebut.
Menurut Faisal, pria berinisial MM tersebut telah ditahan sejak Senin (1/5/2023) atas dugaan memberikan uang sebesar Rp30 juta bagi kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya untuk membeli amunisi.
Baca Juga: Kapendam Cenderawasih: Tidak Ada Prajurit TNI Mugi yang Disandera, KKB Sering Bohong dan Sebar Hoax
”Penangkapan Kepala Distrik Kenyam berinisial MM berdasarkan hasil pemeriksaan Yomse Lokbere yang ditangkap kami pada 12 April 2023. Yomse adalah bawahan Egianus yang bertugas untuk membeli amunisi dan senjata bagi kelompok itu,” ungkap Faisal.
Berdasarkan data Polda Papua, KKB yang dipimpin oleh Egianus Kogoya terlibat 65 kasus kejahatan, dan menewaskan 56 orang.
Kelompok ini beraksi sejak awal Desember tahun 2018 hingga April 2023, termasuk menyandera pilot pesawat Susi Air, Philip Mark Merthens, sejak 7 Februari 2023.
Pilot berkewarganegaraan Selandia Baru ini diduga ditawan kelompok Egianus di wilayah Nduga yang berbatasan dengan Kabupaten Lanny Jaya.
Sebelumnya, polisi juga telah menangkap seorang kepala kampung/desa bernama Terius Labie di Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga, Papua, pada 4 Agustus 2022, atas dugaan mendanai pembelian 615 butir amunisi bagi kelompok Egianus Kogoya senilai Rp 150 juta.
Terpisah, Guru Besar Sosiologi Universitas Cenderawasih Jayapura Avelinus Lefaan menjelaskan, dalam kajian sosiologi, ada dua motif terkait fenomena aparat pemerintah yang diduga membantu KKB.
Kedua motif ini antara lain, adanya hubungan kekerabatan yang kental dan kesamaan ideologi dengan kelompok tersebut.
Menurutnya pola hidup komunal menjadi salah satu kekhasan masyarakat di daerah pegunungan Papua.
Misalnya, kata dia, seluruh warga akan hadir pada momen meninggalnya warga lain, dan akan diperingati sebagai peristiwa kebudayaan.
Baca Juga: Satgas Tangkap Kepala Distrik Kenyam, Diduga Jadi Pemasok Senjata KKB
Oleh sebab itu, pihak berwajib diharapnya jeli dalam menentukan motif di balik kasus dugaan kepala distrik yang memberi dana pada KKB.
”Sebab, pemberian uang dapat dimaknai untuk membantu kerabatnya yang sedang mengalami kesulitan atau memiliki rasa solidaritas karena kesamaan pandangan politik,” papar Avelinus.
Sumber : Kompas.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.