SEMARANG, KOMPAS.TV - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan leptospirosis dapat menyerang siapa saja, tak terkecuali anak-anak. Sekolah dasar (SD) pun dinilai menjadi tempat yang tepat untuk melakukan evaluasi Pemberantasan Jentik Nyamuk (PJN) dan Pengendalian Tikus Permukiman (PTP).
Hal itu karena kemungkinan terkena penyakit tersebut tak hanya di rumah, namun juga bisa di luar rumah, seperti di sekolah, sebab sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan di sana.
Anggota DPRD Kota Semarang dan Dinas Kesehatan Kota Semarang meninjau fasilitas sekolah, di antaranya adalah toilet, kantin dan juga ruang belajar mengajar. Selain meninjau, juga dilakukan pembekalan terhadap guru agar lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit yang banyak dibawa oleh tikus dan gigitan nyamuk.
“Yang kita jadikan sampel pengambilan PJN dan PTP ini adalah RA dan MI Al Muta’allimin. Kasus meninggal dari DBD banyak yang menimpa anak-anak sehingga ini menjadi perhatian kita,” ucap Anang Budi Utomo, Sekretaris Komisi D DPRD Kota Semarang.
Saat ini angka kasus leptospirosis di Kota Semarang sebanyak 18 kasus dan lima di antaranya meninggal dunia. Kecamatan Tembalang menjadi wilayah nomor tiga yang banyak kasus leptospirosisnya. Sementara itu, wilayah Semarang merupakan zona paling merah kasus DD dan DBD.
“Mau demam berdarah atau leptospirosis, pastikan bahwa kepadatan nyamuk dan tikus harus dikurangi,” ujar Abdul Hakam, Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang.
Langkah ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kewaspadaan guru dan anak-anak akan bahaya dari penyakit yang disebabkan oleh nyamuk dan tikus. Sehingga kasus DD, DBD, dan leptospirosis di Kota Semarang dapat ditekan.
#sekolah #dbd #semarang
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.