JAKARTA, KOMPAS.TV - Zaman berubah. Reformasi merupakan faktor penting dalam perubahan itu, khususnya terkait keterbukaan.
Dampaknya, sudah biasa terdengar istilah-istilah, seperti open minded atau dan demokrasi. Akan tetapi, bagaimana dengan seksualitas atau pendidikan kesehatan reproduksi? Rasa-rasanya, masih sulit diperbincangkan dan dijadikan salah satu materi pelajaran, khususnya kepada anak dan remaja.
Rahmat Hidayat, Co-Founder AyahASI Indonesia, mengungkapkan dalam siniar OMM bertajuk “Pendidikan Seks Sejak Dini, Penting Enggak Sih?” bahwa pendidikan seks penting untuk diajarkan.
Akan tetapi, pendidikan seks kepada anak dan remaja ini harus disesuaikan dengan umur dan pemahaman, dan lingkungannya. Mengapa? Karena masalah seksualitas masih tabu di masyarakat Indonesia.
“Jarang diajarkan secara terang-terangan,” ungkap Rahmat di kala ditanya pendidikan seks di masyarakat. Dampaknya, ketabuan atas seks ini adalah pembahasan tentang kesehatan seksualitas menjadi hanya terfokus pada persoalan biologis atau malah terjebak pada isu pornografi.
Padahal, kesehatan seksualitas penting untuk dibicarakan. Karena tidak hanya berkaitan dengan aspek biologis, melainkan psikologis, sosial, dan ekonomi juga.
Pada aspek psikologis, ada rasa senang, nyaman, dan erotisme yang terlibat dalam aktivitas seksualitas. Kemudian, perihal aspek sosial terkait dengan peranan masyarakat dan keinginan untuk bersosial.
Terakhir, pembahasan seksualitas tidak bisa lepas dari aspek ekonomi. Keterbatasan ekonomi yang menyebabkan anak tidak memiliki kamar pribadi menyebabkan persoalan seksualitas harus dihadapi anak sebelum menginjak usia yang tepat.
Baca Juga: Mengenal 16 Jenis Kekerasan Seksual dalam Aturan Baru Kemenag, antara Lain Bersiul dan Menatap
Persoalan kurangnya anak memiliki pemahaman atas seks dapat menyebabkan mereka mengalami permasalahan pelecehan dan kriminalitas tanpa mereka paham tentang apa yang dihadapi.
Itulah mengapa, pendidikan kesehatan reproduksi dan seksualitas penting diajarkan kepada anak sesuai umur dan secara komprehensif dengan melingkupi beragam aspek. Karena tidak dapat dimungkiri bahwa sedari lahir sampai meninggal, manusia tetap berurusan dengan seksualitas dan organ reproduksinya.
Selain pendidikan, pemerintah juga harus menyediakan layanan konseling dan kontrasepsi modern sebagai fasilitas, sarana, dan prasarana kehamilan dan persalinan yang memadai. Hal ini juga termasuk dengan sosialisasi pencegahan dan pengobatan HIV-AIDS hingga pemulihan kekerasan seksualitas yang berbasis gender.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.