SERANG, KOMPAS.TV - Libur akhir pekan (weekend) ini, puluhan pegiat (aktivis) lingkungan bersama sejumlah elemen masyarakat dari berbagai kalangan di Kota Cilegon dan Kabupaten Serang menggelar kegiatan bersih-bersih pantai atau Coastal Clean Up.
Baca Juga: Gempa Bermagnitudo 5,3 Kedalaman 10 Km di Bayah Banten, BMKG: Tak Berpotensi Tsunami!
Bersih-bersih sampah pantai kali ini dilaksanakan di kawasan pantai KRU Salira Kecamaran Puloampel, Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
"Kegiatan ini merupakan bagian upaya kita menumbuhkan kesadaran semua pihak, supaya terus membersihkan pantai agar terbebas dari polusi plastik dan polutan lainnya," ujar Santoso Wibowo, Koordinator kegiatan Coastal Clean Up kepada Jurnalis Kompas TV Suherdi, Minggu (13/3/2022).
Santoso mengatakan, kegiatan tersebut digelar dalam rangkaian semangat menyongsong Presidensi G20 Indonesia.
Pada waktu bersamaan, juga merupakan rangkaian agenda terjadwal peringatan Hari Bakti Rimbawan Tahun 2022.
"Kami bersama masyarakat dari berbagai elemen melakukan pemantauan sampah laut dan pembersihan. Ternyata di lokasi masih banyak ditemukan sampah berjenis plastik," kata Santoso.
"Sampah yang paling banyak dijumpai dan memiliki kepadatan tertinggi berasal dari jenis plastik bekas bungkus makanan dan minuman," imbuhnya.
Baca Juga: DPUPR Provinsi Banten dan Warga Gotong Royong Bersihkan Sampah Sisa Banjir
Santoso mencermati persoalan sampah di sepanjang bibir pantai ini harus ditangani secara komprehensif dari hulu ke hilir.
Ia menegaskan, upaya penanganan sampah seperti ini tidak hanya parsial dan dilakukan saat ini saja.
Namun akan terus dilakukan secara kontinyu sehingga menjadi gerakan yang rutin dan berkesinambungan.
Oleh karena itu, perlu bersinergi dengan semua pihak di Desa, Kecamatan, BPBD, serta unsur TNI dan Polri.
Santoso juga menyampaikan bahwa sampah yang bermuara di pesisir dan laut ini berasal dari daratan.
Sampah plastik yang dijumpai di suatu lokasi pesisir dan laut juga bersifat lintas.
Sebab, sampah-sampah yang ada dapat berpindah-pindah tempat dari satu wilayah pesisir ke wilayah pesisir lainnya mengikuti pola arus laut.
"Oleh karena itu dalam penanganannya harus menyeluruh dari hulu ke hilir dengan kerja-kerja dan kerja kolaborasi yang sifatnya kolektif semua pihak," tutur Santoso.
Baca Juga: Banten hingga Jawa Barat, Fenomena Tanah Bergerak Rusak Bangunan & Ancam Keamanan Warga
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.