KOMPAS.TV – Semburan awan panas guguran Semeru menerjang sejumlah desa di Lumajang, Jawa Timur.
Aliran banjir lahar juga menerjang Jembatan Besuk di Lumajang.
Bencana yang terjadi pada Sabtu, 4 Desember 2021 lalu, bukan disebabkan erupsi atau meletusnya Semeru, melainkan akibat dipicu hujan deras di wilayah puncak Semeru.
Bahaya hujan yang membanjiri kubah lava, membuat guguran awan panas menerjang warga di kaki Gunung Semeru.
Zona berbahaya Gunung Semeru, menurut keterangan ahli dan pantauan melebihi radius 8-11km.
Hujan abu vulkanik Gunung Semeru melanda 11 desa di 2 kecamatan di Lumajang termasuk Kecamatan Pronojiwo dengan 2 desa terdampak, yakni Desa Supit Urang dan Desa Curah Kobokan.
Hingga Kamis (9/12/2021) pagi hari ini, 40 warga di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro meninggal dunia. Sementara 22 orang masih dinyatakan hilang.
Baca Juga: Posko Desa Sumberwuluh Akan Direlokasi Karena Disebut Masih Rentan Banjir Lahar
Hujan abu vulkanik juga mengakibatkan 5.919 orang mengungsi, lebih dairi 5.000 rumah rusak karena diterjang awan panas.
Selain korban jiwa dan kerugian harta benda, bencana Semeru juga menyebabkan Jembatan Gladak Perak yang menghubungkan Kecamatan Pronojiwo dari Lumajang terputus.
Kini warga hanya bisa waspada, mengingat ancaman awan panas masih bisa terjadi.
Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, berlokasi di Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang.
Puncak Jawa Timur, puncak Semeru yang disebut Mahameru tercatat setinggi 3.676m diatas permukaan laut.
Gunung Semeru memiliki 2 kawah, yaitu pertama kawah Mahameru yang sudah tidak aktif dan kawah Jonggring Seloko yang masih aktif hingga saat ini.
Semeru merupkan tipe gunung api strato dengan kubah lava, dengan jenis letusan vulkanian dan strombolian.
Baca Juga: Momen Anak Kucing dan Bebek Selamat Dari Erupsi Gunung Semeru
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.