HULU SUNGAI TENGAH, KOMPAS.TV – Selain curah hujan yang sangat tinggi, adanya penggundulan hutan akibat akumulasi dari berbagai aktivitas penebangan liar maupun pembukaan lahan menjadi satu dari penyebab bencana banjir di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kalimantan Selatan.
Sehingga menyebabkan daya tangkap air berkurang ketika hujan terus mengguyur dan langsung turun ke dataran rendah hingga menimbulkan banjir.
Di tahun 2017, Pemkab Hulu Sungai Tengah menyebut di wilayahnya tercatat memiliki tutupan lahan sebanyak 61 persen dari luas lahan 120.000 hektar.
Namun dalam kurun waktu tiga tahun tutupan lahan tersebut hanya menyisakan 31 persen, padahal ideal suatu wilayah pegunungan harus memiliki tutupan lahan sebesar 50 persen.
Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah menyadari kondisi itu, namun keterbatasan kebijakan menjadi tantangan.
Baca Juga: Disapu Banjir, Jembatan Darurat Desa Alat Hantakan Lenyap Terbawa Arus Sungai yang Meluap
Hal tersebut menurut Pj Sekretaris Daerah Kab. Hulu Sungai Tengah, Muhammad Yani, mengingat hutan termasuk perkayuan menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat.
Sementara pemerintah kabupaten hanya bisa melaporkan dan menganalisa terkait izin lingkungan.
“Ini tantangan bagi kita semua, dan memang penyakit itu di hulu, seandainya itu beres, tapi kewenangan ini kita tidak ada lagi di bidang perhutanan dan di bidang pertambangan, kita lihat juga logging akan terus terjadi," ungkap Muhammad Yani.
Baca Juga: Siswa SD Negeri Hantakan Gotong Royong Bersihkan Sekolah dari Sisa Banjir
Meski demikian, agar banjir tak lagi terulang, Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah terus mengebut pengerjaan kanal banjir di wilayah hilir sepanjang 20 kilometer.
Pengerjaannya pun sudah selesai dikerjakan sepanjang 15 kilometer dan masih tersisa 5 kilometer lagi untuk sampai ke muara sungai yang pengerjaannya akan dilanjutkan Balai Sungai di tahun anggaran 2022.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.