KOMPAS.TV - Di tengah pandemi covid-19, penjahit pakaian adat pengantin tradisional Aceh banyak yang gulung tikar sehingga mulai jarang ditemui. Meski demikian, seorang perajin tetap bertahan demi menjaga tradisi menjahit aneka busana khas Aceh.
Erni generasi ketiga dari keluarganya yang menjadi penjahit pakaian adat pengantin tradisional. Dia bertahan di tengah pandemi. Baginya menjadi seorang penjahit pakaian adat adalah penjaga tradisi.
Setiap bulan dirinya mampu memproduksi ratusan pakaian adat Aceh untuk kebutuhan pernikahan. Selain itu dia juga membuat baju untuk penari pakaian untuk acara adat Aceh.
Sudah 25 tahun, Erni menjalani profesi ini. Awalnya dia belajar dari sang nenek. Tak mudah untuk menjadi seorang penjahit, apalagi tukang jahit baju adat tradisional.
Kini perjuangan erni membuahkan hasil, ada beberapa gerai miliknya yang menyediakan aneka pakaian adat pernikahan Aceh, baik yang untuk dijual maupun disewakan.
Inilah salah satu pakaian pengantin adat Aceh hasil karya Erni. Baju ini memiliki makna di setiap ornamen maupun perhiasan yang digunakan.
Pakaian pengantin perempuan ini terbuat dari kain bludru yang ditambahkan sulaman benang emas. Baju ini di lengkapi dengan baju kurung, celana bordir dan sarung songket. Selain itu bisa juga digunakan perhiasan yang terbuat dari emas atau perak, serta sunting mahkota pengantin.
Motifnya pun khas, seperti ini bermotif Pucok Reubong, Pinto Aceh dan motif ukiran bunga selanga dan jeumpa. Harganya pun relatif, mulai dari 150 ribu rupiah hingga 12 juta rupiah. Jika ingin membeli lengkap dengan perhiasannya konsumen harus merogoh kocek hingga 25 juta rupiah untuk satu stel baju pengantian pria dan wanita.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.