SINTANG, KOMPAS.TV - Memasuki pekan ke tiga, banjir setinggi satu setengah meter masih merendam sejumlah titik di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Akibat banjir, dua warga meninggal dunia; masing-masing dari Kecamatan Tempunak dan Kecamatan Binjai.
Banjir terjadi sejak 21 Oktober 2021, memberi dampak signifikan pada 12 kecamatan dan lebih dari 88.000 jiwa.
Lebih dari 33.000 jiwa mengungsi di 32 pos pengungsian BPBD, didukung oleh 24 dapur umum yang beroperasi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para pengungsi.
Ketua Forum Daerah Aliran Sungai (DAS) Kalimantan Barat, Prof. Gusti Hardiansyah menyatakan, bencana banjir terjadi bersamaan dengan fenomena la nina, sehingga curah hujan semakin tinggi.
Tak hanya itu, ia juga membeberkan bahwa pendangkalan terjadi karena pengelolaan hutan yang tak ramah lingkungan, seperti penanaman sawit hingga ratusan hektare.
Alhasil, penanaman sawit mengganggu wilayah resapan air.
Merujuk pada hal ini, pada salah satu kesempatan, Gubernur Sutarmidji mengusir 20 pengusaha sawit yang menemuinya pada Kamis (11/11) lalu.
Sutarmidji menganggap para pengusaha sawit tak peduli dengan banjir yang terjadi di sekitar wilayah perkebunan mereka.
Pengusaha sawit juga selalu mencari alasan ketika hendak mengurus persoalan administrasi.
Baca Juga: TOP 3 NEWS: Api di Tangki Kilang Padam, Banjir 1,5 Meter di Sintang, Greenpeace Dipolisikan
Menengok permasalahan ini, Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) menyatakan bahwa audit lingkungan harus secepatnya dilakukan; baik kepada perusahaan sawit maupun perusahaan pengelola sumber daya alam (SDA) lainnya.
Selanjutnya, WALHI mengimbau pemerintah segera melakukan pencabutan izin secara tegas, apabila ditemukan perusahaan yang melanggar.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.