YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada (UGM) Juni Handajani meraih gelar profesor atau guru besar dalam bidang ilmu Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi UGM. Dalam pidato pengukuhannya, ia memaparkan perkembangan terkini saliva atau ludah sebagai biomarker kesehatan rongga mulut.
Menurut Juni, saliva atau ludah sebagai salah satu bagian rongga mulut memiliki peran penting untuk pemeliharaan kesehatan rongga mulut dan pertahanan tubuh.
“Saliva atau air ludah diketahui sebagai bagian cermin yang menggambarkan kondisi kesehatan rongga mulut dan kesehatan sistemik,” ujarnya dii Balai Senat UGM, Selasa (2/11/2021).
Baca Juga: Campuran Air Kelapa, Jeruk Nipis, dan Garam Diklaim Bisa Sembuhkan Covid-19, Ini Kata Profesor UGM
Penelitian terkini ludah dikembangkan sebagai biomarker atau penanda biologis adanya kelainan atau gangguan dalam rongga mulut maupun keterkaitannya dengan gangguan pada tubuh lainnya. Pengembangan studi saliva juga diarahkan sebagai cairan untuk diagnostik.
Ia menilai, pengambilan sampel ludah mendukung penelitian ini karena mudah dan sederhana, mengingat tidak memerlukan tindakan invasif seperti penggunaan jarum suntik atau kondisi yang membutuhkan keadaan aseptik serta tidak membutuhkan peralatan khusus.
Ia mencatat studi tentang penggunaan ludah sebagai cairan diagnostik menunjukkan peningkatan yang pesat. Saliva digunakan sebagai screening pada karies. Kerentanan terjadinya karies dapat diketahui melalui kadar flour, kalsium, maupun fosfat yang terkandung dalam ludah.
Selain itu, ludah juga sedang dikembangkan sebagai penanda biologis pada penyakit jaringan gusi dan jaringan periodontal. Penanda perubahan ludah terkait penyakit periodontal antara lain melalui pengukuran kandungan immunoglobulin, enzim, protein, growth factors, epithelial keratins, hormon, dan sel inflamasi.
Penggunaan ludah telah banyak digunakan di berbagai bidang seperti untuk pemantauan penggunaan obat, keberadaan dan tingkat hormon, antibodi, mikroorganisme. Sampel ludah juga dipakai dalam pengujian terhadap penyalahgunaan narkoba dan pengujian kadar testosteron pada pria maupun progesteron pada wanita.
“Pada masa pandemi Covid-19, saliva juga telah dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk menegakkan diagnosis Covid-19, seperti di Singapura, Taiwan, Hongkong, Amerika Serikat,” ucapnya.
Baca Juga: Dosen UGM Rancang Rumah Tahan Gempa, Begini Detailnya
Juni menuturkan pengembangan ludah sebagai penanda biologis kesehatan rongga mulut akan terus dilakukan dengan menggunakan teknologi terbaru. Penggunaan teknologi salivary proteome dan salivary transcriptome dikembangkan untuk deteksi awal, perkembangan penyakit, dan monitoring terapi penyakit periodontal.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.